eQuator.co.id – Ayang Purwanti, perempuan kelahiran Kota Pontianak, 22 Juli 1994 silam ini, akhirnya dapat memenuhi impiannya membuka usaha rumah jahit sendiri. Yang di-brand dengan nama “Rumah Jahit Ayang Purwanti”.
Rumah Jahit Ayang Purwanti didirikan pada 26 Mei 2015, yang beralamat di Jalan Sungai Raya Dalam, Komplek Bali Mas 1, Nomor 1. Ayang mengungkapkan bahwa kegemarannya menjahit berawal dari hobinya sewaktu kecil yang suka bermain dan membuat baju-baju untuk boneka Barbie.
Setamatnya dari Sekolah Dasar, Ayang kemudian mendaftar ke SMP 5 dan mengambil eskul kursus menjahit. Seolah tak bisa lepas lagi, tamat dari SMP dia masuk ke SMK 05 Pontianak dan mengambil Jurusan Tata Busana.
Karena merasa masih belum mapan dari segi pengetahuan, selain belajar sendiri secara otodidak, selepas SMK, Ayang kemudian bekerja di Rumah Solek di Jalan Karimata dari 2012 sampai 2014. Selepas itu, dia bekerja di Rumah Japin milik Uke Tugimin hingga awal 2015.
Selain bekerja, Ayang banyak belajar soal desain, dekorasi, motif nuansa etnik dan lain sebagainya. Disamping dia juga pernah mengikuti pelatihan selama satu bulan yang diselenggarakan Balai Diklat Industri Jakarta. Sampai akhirnya, dirinya memberanikan diri membuka usaha sendiri.
Lebih lanjut seperti apa usaha rumah jahit yang dijalankan saat ini? Berikut wawancara selengkapnya bersama Rakyat Kalbar;
+Apa motivasi Anda mendirikan Rumah Jahit Ayang Purwanti?
-Saya awalnya punya cita-cita menjadi fashion desainer. Karena memang saya suka jahit dari kecil. Maka dari itu, saya belajar desain, teknik jahit dan lainnya. Motivasi besar saya ingin lebih mengangkat sisi kebudayaan lokal, baik dari bahan dan motif yang multi etnis ke luar daerah. Lebih mengangkat nama Pontianak, khususnya dari bidang fashion.
Rumah ini saya bangun dengan modal sekitar Rp7 juta-Rp8 juta kala itu, untuk membeli perlengkapan.
+Apa-apa saja yang diproduksi oleh Rumah Jahit Ayang Purwanti?
-Banyak jenisnya tergantung pesanan. Mulai dari baju pesta, baju kerja (kantor), baju weeding lengkap satu set, mulai dari baju, pernak-pernik, sarung tangan sampai sepatu. Untuk aksesoris handpiece (hiasan pernak-pernik gelang), bisa satu set dengan baju atau biasa dipesan terpisah. Kami juga memproduksi sepatu jenis slop dan weges, mulai dari usia bayi sampai dewasa, untuk motif bisa pesan sesuai selera.
Kemudian, kami juga memproduksi ready to wear seperti kemeja, blus, blazer siap pakai. Baju-baju yang kami buat multi etnis. Mulai dari Melayu, Dayak sampai pesanan untuk Lebaran Imlek.
+Apa yang membuat Rumah Jahit Ayang Purwanti berbeda dengan rumah jahit lainnya?
-Dari sisi desainnya beda, ada ciri khas Ayang Purwanti di detailnya dan coraknya. Kita lebih ke color full.
+Bagaimana dengan pemasarannya?
-Biasa konsumen datang ke rumah untuk memesan atau bisa menghubungi kami di nomor: 0852520999997 atau via BBM: 5AC0C373. Selain itu kami juga melakukan promosi lewat Facebook di akun: Rumah Jahit Ayang Purwanti.
Kami juga memberikan gratis ongkos kirim untuk pengantaran barang ke rumah khusus area Kota Pontianak dan sekitarnya. Selain itu kami juga memberikan potongan harga untuk pemesanan jumlah tertentu. Misalnya, paket busana weeding satu keluarga, pesta atau Lebaran sebesar 10 persen.
+Berapa rata-rata omzet yang Anda hasilkan dalam per bulan. Dan sejauh ini seperti apa perkembangan usaha Anda ini?
-Untuk omzet rata-rata per bulan sekitar Rp5 jutaan. Itu di luar hari-hari besar, seperti Lebaran, Imlek dan Natal bisa sampai Rp10/jutaan. Saya merasa usaha ini menjanjikan. Asal ditekuni saja.
Untuk perkembangan saat ini, saya masih dalam rencana. Karyawan saat ini ada tiga orang. Dengan saya jadi empat. Satu orang untuk finishing serta dua orang tenaga penjahit lepas. Untuk pemasaran saya pegang sendiri.
+Untuk usaha ini, apa kendala yang Anda hadapi?
-Mungkin persaingan ya, soalnya kita juga masih terbilang baru, sementara rumah jahit atau produk lain sudah lebih duluan punya nama. Ke depan saya ingin sejajar dengan mereka.
Kemudian, kendala juga di karyawan. Saat ini susah sekali ada pekerja yang minat mau jadi tukang jahit. Rata-rata lebih memilih kerja di perusahaan-perusahaan, supermarket dan lainnya.
+Anda pernah gagal?
-Gagal tidak, tapi kalau dikomplin sedikit ada. Pernah juga sekali mis komunikasi, karena ada beda detail yang diminta, kebetulan konsumen waktu itu di Jakarta. Akhirnya kita rombak baru sesuai dengan keinginannya.
+Apa pendapat Anda tentang perhatian pemerintah atau lembaga permodalan, semisal bank terkait usaha UMKM?
-Menurut saya mungkin agar lebih diperhatian lagi. Apalagi usaha-usaha yang memang niatnya untuk bisa memajukan produk lokal. Harapannya lebih luas dan umum cakupannya. Untuk bank, selama ini saya tidak pernah mengajukan bantuan. Tapi ada niat saya untuk mengakses modal ke bank.
+Apa rencana Anda ke depan dengan usaha ini?
-Ke depan saya mau buka butik, mau cari tempat dulu. Saya ingin mengembangkan usaha ini dan mau konsisten di sini. Target saya dua tahun lagi. Saya mau usaha ini bisa menasional.
Reporter: Fikri Akbar
Redaktur: Andry Soe