eQuator.co.id – Ternyata, tak begitu nyaman bekerja di Badan Nasional Narkotika (BNN) sebagai petugas lapangan. Terutama petugas yang punya kemauan tinggi untuk mengurangi penyalahgunaan obat-obat terlarang itu.
Senin (18/4), Ruangan Gold Meeting Room di lantai III Graha Pena Kalbar ramai dipenuhi karyawan yang akan melakukan tes urin. Di ujung meja bundar dalam ruangan itu, duduk seorang wanita berkerudung hitam mengeluarkan wadah-wadah plastik dari tas hijau yang dibawa timnya. Emy Rosita, Kasi Rehabilitasi BNNK Pontianak tersebut kemudian sibuk menuliskan nomor pada setiap tutup wadah.
Tak lama, Emy mengambil daftar hadir yang telah disediakan Management Harian Rakyat Kalbar. Ia memanggil satu persatu nama karyawan, sambil tersenyum memberikan wadah yang telah dikoding. Pemberian kode ini untuk memudahkan identifikasi dan menyamarkan kepemilikan wadah, juga menjaga kerahasiaan plus privasi orang yang sedang dites.
Masing-masing karyawan pergi ke kamar mandi untuk mengisi wadah sampel tersebut dengan air seni mereka. Setelah itu, diserahkan kepada petugas. Wadah-wadah yang berbentuk sama itu menjadi sangat beragam setelah diberi sampel. Warna air seni dalam wadah beragam, ada yang putih, kuning, sampai jingga. Aroma yang menguar pun berbeda-beda.
Salah satu persoalan yang sering ditemui, menurut para Petugas BNN, wanita yang sedang haid merasa malu untuk menjalani tes urin. Sebab, sampel urin mereka akan bercampur dengan darah.
“Saya sarankan kalau malu, wadahnya ditutupi dengan tisu saja,” ujar Emy sambil tersenyum.
Wadah-wadah berisi urin tersebut kemudian dipasangi alat tes. Didiamkan selama lima menit. Alat ini berbentuk segi empat berukuran kurang lebih 5 x 7 cm yang mengingatkan kita pada alat tes kehamilan yang biasa dijual di apotek.
Perbedaannya terletak pada jumlah grid dan pembacaan indikasi. Jika di alat tes kehamilan hanya ada satu grid, di alat tes urin ini ada empat grid. Pun berbeda cara menafsirkannya. Kalau di alat tes kehamilan muncul dua garis berarti positif, pada alat tes urin narkoba tanda dua garis berarti negatif.
Dalam kesempatan dan tempat berbeda, Emy punya kisah lucu pelaksanaan tes urin. Acap kali ditemukan satu dua orang yang pemakai yang mencoba mengelabui petugas.
“Pernah sekali, kami diminta untuk menangani seorang staf yang udah jadi target operasi (TO) di perusahaannya. Dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore, betunggukan (menunggu) die kencing tu,” ujar Emy dengan logat Melayunya yang kental sambil tertawa mengenang peristiwa itu, ketika dikunjungi Rakyat Kalbar di rumahnya, Rabu (20/4).
TO tersebut banyak tingkah. Kata Emy, saat pertama dites sampel urinnya dingin. Tapi, tak gampang mengecoh petugas BNN yang sudah berpengalaman dan berdedikasi. Selain punya ‘indra ke enam’ (kecurigaan), indra pengecap tak segan digunakan.
“Air kencing kan terasa hangat. Untuk membuktikan kecurigaannya, petugas mencelupkan jari ke wadah dan mencicipi sampel. Ketahuan, kalau wadah itu diisi dengan teh,” tuturnya. Pun, sambung dia, pernah ada yang bikin warna air keran jadi kuning seperti urin dengan mencelupkan filter rokok.
Si TO yang menukar urinnya dengan air teh, disuruh pipis lagi. Tapi, masih saja berkelit. Mengaku susah buang air kecil. Tak kurang akal, Si TO dikasih minum yang banyak dan ditunggu lagi urinnya.
“Kencing yang kedua, warna kuninglah ya. Kali ni hangat. Tapi begitu dipasang alat tes, kok error. Lalu saya amati wadahnya, ternyata bagian bawah wadah tu ada bekas terbakar. Kayanya, sama dia (Si TO,red) isi wadah tu dipanaskannya dengan pemantik,” kenang Emy. Kisah itu diceritakannya sambil tersenyum lebar.
Demi mencari kebenaran, Si TO pun disuruh pipis untuk kali ketiga. Nah, kali ini sampelnya hangat, aromanya pun pesing. Hasilnya tesnya negatif. Meski begitu, upaya Si TO membohongi petugas sudah dua kali. Tentu, kepercayaan tak datang begitu saja.
“Lalu petugas memeriksa keadaan toilet, dapatlah di tong sampah plastik bekas minuman tapi berbau pesing. Kami bicarakan dengan pimpinannya. Kata temannya, Si TO ni tadi sempat keluar kantor untuk beli rokok. Kami jadi curiga jangan-jangan ini air kencing orang lain,” paparnya semakin berapi-api dengan nada jenaka.
Si TO pun disuruh buang air kecil untuk kali ke empat. Kali ini, seorang petugas menungguinya di kamar kecil. “Dapat sampel, dites. Eh, benar, hasilnya positif. Itulah jangan dikira mudah untuk ngampor (mengecoh,red) petugas. Kami kan dah pengalaman lama nangani hal begini,“ terang Emy.
Trik-trik inilah yang pernah ditemui oleh petugas BNNK Pontianak saat melakukan tes urin. Seringkali, tambah Emy, hal tersebut dilakukan para pengguna aktif yaitu mereka yang mengkonsumsi Narkotika dengan intensitas cukup tinggi sekitar 3-5 kali seminggu dalam setahun terakhir.
Satu yang belum dijelaskan secara gamblang, apa rasanya mencicipi air seni asli. Namun, biarlah itu menjadi secercah duka di balik dedikasi petugas BNN. (*)
Marselina Evy, Pontianak