Wanita 47 Tahun Ngapung di Parit

MENGAPUNG. Mayat Jamaliah mengapung di Parit Tokaya, Taman Gitananda, Selasa (19/4). ACHMAD MUNDZIRIN

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Jamaliah wanita kelahiran Tanjung Satai 15 Juni 1969, ditemukan mengapung tak bernyawa di Parit Tokaya, Taman Gitananda, Jalan Letkol Sugiono, Selasa (19/4) pagi.

Sore harinya, kediaman Hasan, buruh lepas Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Pontianak “diselimuti mendung”. Terpal hijau membentang di halaman rumahnya. Kursi-kursi plastik masih berserakan, menunjukkan baru saja ada keramaian di sana. Beberapa anggota keluarga pria kelahiran Tanjung Satai 56 tahun lalu itu masih terlihat berkumpul di beranda. Wajahnya terlihat sendu, karena baru saja memakamkan Jamaliah, adik kandungnya.

“Jamaliah itu adalah adik perempuan saya. Saya sekeluarga tak menyangka, mendapat kabar kalau adik saya itu meninggal tenggelam,” kata Hasan dengan wajah sedih.

Jasad Jamaliah ditemukan oleh Duwi Kartiko, honorer Dinas PU Kota Pontianak pukul 07.00. Pria kelahiran Bangkalan 1 Juli 1984 itu dalam perjalan berangkat ke kantornya untuk mengambil mobil melintasi Jalan Letkol Sugiono. Dia melihat seperti ada patung yang mengapung. Ketika didekati dan melihat lebih jelas, ternyata mayat perempuan. Duwi melaporkan temuannya itu ke Polsek Pontianak Selatan.

Jajaran Polsek menindaklanjuti laporan tersebut. Wakapolsek Pontianak Selatan memimpin jajarannya menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP). Mereka melakukan olah TKP dan mengumpulkan barang bukti serta meminta keterangan saksi.

Kemudian mayat wanita 47 tahun itu dibawa ke Dokes Polda Kalbar untuk divisum dan otopsi. Sayangnya keluarga korban menolak untuk diotopsi. Jasad Jamaliah dibawa ke rumah Hasan untuk disemayamkan. “Badannye bersih, tak ade bekas luka atau semacamnye. Cuma bau amis aek parit tu jaklah,” kata sepupu Jamaliah yang memandikan jasad korban.

Sehari sebelumnya Jamaliah masih terlihat berjalan ke Jalan Achmad Yani. Selepas magrib dia belum kembali ke rumah dan pihak keluarga mencarinya hingga ke RSUD Soedarso. “Sejak dua minggu terakhir Jamaliah sering mengeluhkan sakit kepala dan belum kunjung sembuh,” ujar Hasan.

Sementara istri Hasan yang menderita tuna rungu menjelaskan tentang aktivitas keseharian adik iparnya. Jamaliah sejak ditinggal suaminya, tinggal bersama Hasan di Taman Gitananda. Wanita ini dikenal sangat rajin bekerja. “Dia seringnya ngurus kebun pisang sebelah rumah ni,” kata Hasan menerjemahkan bahasa isyarat istrinya. (epy)