eQuator.co.id – Nurul Khatimah dan Fiqih Nuari, pasangan suami istri (Pasutri) yang doyan makan donat dan akhirnya menjadi penjual donat. Sangking hobinya dengan penganan yang berbentuk bulat dan bolong di bagian tengahnya ini, perempuan kelahiran 20 Agustus 1996 dan suaminya yang berprofesi sebagai guru honor sering berburu donat, mereka membeli beraneka donat–mulai yang dijual pinggir-punggir jalan sampai ke pusat penjualan donat yang berada di mall-mall.
Lama-kelamaan akhirnya rasa penasaran ingin membuat donat sendiri pun muncul. Akhir 2014 Nurul mencoba membuat donat dari resep yang diperolehnya dari internet, yakni resep donat kentang.
Pada awalnya, keduanya cukup mengalami kesulitan, karena memang tidak punya pengalaman sama sekali dalam membuat donat. berbagai macam resep dan cara mereka mencoba membuat donat. Mereka kerap mengalami kegagalan dan hasilnya tidak memuaskan, tidak sama seperti yang biasa dibelinya.
Lebih lanjut seperti apa, usaha donat yang dibangun oleh Nurul Khatimah, dan suaminya yang kelahiran 17 Januari 1986, berikut wawancaranya dengan Rakyat Kalbar.
+ Anda beberapa kali gagal, saat mencoba membuat donat. Seperti apa prosesnya?
– Dalam waktu sebulan kami terus mencoba membuat donat dengan mencoba berbagai resep, dan banyak membaca turorial tentang donat, dan juga banyak menonton video dari YouTube. Kemudian dari hasil belajar tersebut kami berani jualan di pasar dengan harga seribuan.
Di awal kami tidak menyangka jika produk kami ternyata diterima dengan baik oleh pelanggan, dan bahkan sudah ada pelanggan yang dalam satu bulan memesan berkali-kali. Kami yang tadinya hanya penasaran untuk membuat donat karena hobi makan donat ahirnya menjadi usaha yang sangat menjanjikan.
+ Sejak kapan anda mulai memasarkan kue donat anda ini?
– Di awal bulan Januari kami sudah mulai jualan menitip di tempat penitipan kue dan sekolah dengan harga Rp1000-an, belum kami jual secara online.
Hingga di bulan April 2015 kami mempromosikan produk kami di media sosial Facebook dengan nama Jaico Donat. Hal ini setelah melewati berbagai macam proses pembuatan yang akhirnya kami mendapatkan resep yang pas, dan belajar berbagai macam topping donat yang bagus dan jadilah produk donat kami.
Untuk saat ini Jaico Donat hanya dijual secara online di media sosial. Dan hanya kami berdua yang mengerjakan semua kegiatan usaha, karena sejauh ini kami belum memiliki karyawan dan dikerjakan di rumah kami sendiri, di Jalan Prasetya Gang Harum Manis, bisa masuk lewat Jalan Komplek Korpri Sungai Raya Dalam.
+ Apa kira-kita yang menurut anda bahwa kue donat ini berbeda dengan produk donat lainnya?
– Keunggulan donat kami bisa banyak diminati terutama orangtua karena kami tidak menggunakan bahan pengawet berbentuk apapun. Jadi aman dikonsumsi.
+ Apa saja varian donat yang anda jual?
– Ada coklat variasi, strowbery variasi, vanilla blueberry, coklat keju, meses coklat.
+ Seperti apa strategi pemasaran yang anda lakukan?
– Produk Jaico Donat kami jual perpaket atau perkotak, 1 kotaknya isi 6 donat dengan harga Rp15000, belum termasuk ongkos kirim, kecuali area Sungai Raya Dalam dan sekitarnya yang free ongkos kirim. Adapun varian donat dalam satu paket, diantaranya dapat 1 vanila, 1 strobery, 2 coklat, 1 keju dan 1 meses.
+ Kalau boleh tau, berapa omzet yang anda hasilkan darin penjualan Jaico Donat?
– Kami bisa mendapatkan omzet sekitar Rp300 ribu perhari untuk 20 kotak perhari. Dan sekarang Alhamdulillah kami sudah memiliki gerobak yang stand by di Jalan Danau Sentarum juga, tepatnya di depan Jalan Ilham (Sakhas Hospot).
Jadi yang awalnya kami mendapatkan penghasilan berkisar Rp300.000 perhari, kini kini bisa mendapatkan penghasilan kotor sekitar Rp500 ribu perhari.
+ Setelah menjalani usaha ini, apakah anda punya cita-cita untuk membuka usaha di bidang lain atau mengembangkan usaha yang sudah ada sekarang ini. Seperti apa rencana anda ke depan?
– Tentu tidak hanya cukup sampai di sini, kami masih mempunyai impian untuk memiliki donut shop sendiri yang khusus menjual donat berbagai macam variasi.
Reporter: Fikri Akbar
Redaktur: Arman Hairiadi