Sudah Sepakat Nikah Juni 2016 Mendatang

Percintaan Kajot dan Putri Kayak Kisah Siti Nurbaya

Martinus Kajot & Putri Lusiando

eQuator.co.id – Bengkayang-RK. Percintaan Martinus Kajot, AMd, 41, dengan Putri Lusiando, 26, seperti kisah Siti Nurbaya. Restu orangtua tidak didapatkan guru SMKN 2 Bengkayang itu untuk menikah dengan Ketua DPRD Bengkayang.

Kajot sangat menyayangkan keluarga besar Putri membuat statemen di harian Rakyat Kalbar, Kamis (31/3). “Apa sebenarnya yang terjadi pada saya. Selama ini saya menjalankan tugas saya setiap hari biasa-biasa saja, sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan Badan Musyawarah (Banmus) DPRD Bengkayang. Sehingga saya tahu tugas saya dan jam kerja saya,” tegas Kajot, Jumat (1/4).

“Tidak perlu mengingatkan saya untuk menjauhi Putri. Memangnya ada saya kejar-kejar Putri Lusiando selama ini? Karena saya tahu, Putri pasti akan mencari saya, sampai kapan pun juga, karena Putri juga mencintai saya,” sambung Kajot.

Kajot mengaku sudah dipanggil ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Bengkayang, Antonius Akip, serta wakilnya Ir. Siman Siahaan dan anggotanya Arniati sebagai lembaga terhormat. Panggilan itu mengacu pada laporan Martinus Ujang dan keluarga Putri lainnya.

Di hadapan BK, Kajot menjelaskan permasalahan yang terjadi, sesuai fakta sebenarnya. Terutama mengenai foto yang diunggahnya di media sosial facebook.

“Saya berani memasukkan di facebook atas kesepakatan kami berdua, biar keluarga besar Putri tahu kami ini benar-benar mau menikah yang direncanakan,” katanya.

“Kami berdua sepakat Juni tahun 2016 ini akan menikah di Gereja Santo Pius X Bengkyang. Karena Putri sudah bosan di bawa ke dukun terus, karena mereka (keluarga Putri) beranggapan saya mengguna-guna Putri. Itu berdasarkan keterangan dari Putri kepada saya,” jelas Kajot.

Terkait laporannya ke Polres Bengkayang, dugaan percobaan penggelapan, Kajot ingin menyampaikan kepada keluarga besar Putri atas tabiat adik kandung Putri,  Christian Putra Lusiando. Adik kandung Putri itu meminjam mobilnya atas nama Putri. Sementara mobil itu merupakan hadiah perkawinan Kajot dengan Putri. Christian berjanji pinjam tiga hari, namun sudah lewat waktu tiga hari tidak ada kabar terbaru darinya. Bahkan tidak ada memberi kabar tentang Putri atau pun bertemu Putri.

“Christian saat itu di telepon tidak mau angkat, di SMS tidak pernah dibalas hingga satu minggu lebih tidak ada kabar beritanya,” ungkapnya.

Kajot mengaku tidak konsentrasi, khawatir terjadi apa-apa dengan mobilnya tersebut. Makanya dia membuat pengaduan ke polisi, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Sebab kita tak tahu apa yang terjadi. Misalnya tiba-tiba mobil yang dipakai Christian menabrak orang, atau ada masalah lain, lalu mobil di tahan orang, itu yang tidak saya inginkan,” ungkap Kajot.

Padahal mobil tersebut belum pernah dipakai Kajot. Dia merasa itu bukan haknya, tetapi untuk Putri sebagai kado pernikahan. “Mobil saya sendiri banyak kok,” tegas Kajot.

Kajot mengaku tidak mengetahui Christian kuliah di mana. Makanya dia khawatir terjadi sesuatu. Kalau pun ada sesuatu yang tak diinginkan, dengan mengetahui keberadaan Christian, maka bisa segera diselesaikan.

“Saya bisa cepat mengurusinya. Itu niat saya yang sebenarnya atas pengaduan di polisi. Cuma saya heran, kenapa hal ini dibesar-besarkan, padahal tujuan saya untuk mencegah jangan sampai ada masalah dan hal lain yang terjadi,” kesal Kajot.

Kajot juga menyikapi komentar keluarga Putri yang mengatakan, kalau dia mencintai Putri Lusiando, kenapa harus melaporkannya ke Polres?

“Di sini perlu saya jelaskan. Saya tidak sama sekali niat mau melaporkan calon istri saya ke Polres. Cuma saya mau tahu keberadaan mobil tersebut. Karena pada saat itu, Christian Putra Lusiando mengatasnamakan kakanya, Putri Lusiando yang menyuruh memakai mobil tersebut. Kenapa saya harus menyurati Putri Lusiando, sebab mobil tersebut Putri titipkan kepada saya agar diamankan. Dalam prediksi kita, apakah saya ini sudah gila? Masa’ calon istri dan calon adik ipar sendiri mau dipenjarakan,” jelas Kajot.

Ketua DPRD Bengkayang itu mengaku siap dituntut hukum kelurga besar Putri Lusiando. “Tetapi bukan orang lain yang melaporkan saya. Harus orang yang merasa dirugikan. Harusnya Putri sendiri yang melaporkan saya, bukan Martinus Ujang. Kalau hanya untuk pengaduan si tidak jadi masalah, tapi orang yang berhak melaporkan saya adalah Putri,” tegas Kajot.

“Saya berharap masalah kami bisa segera selesai. Saya masih ingat apa yang Putri sampaikan melalui Short Message Service (SMS) yaitu bertuliskan “Suamiku jangan sia siakan pengorbananku“. Ada SMS-nya juga, “Abg gak salah apa2 syg, salah kah kita saling mencintai I LOVE YOU SUAMIKU,”.

SMS lainnya lagi, “Amin kita akan bersama syg, aku percaya pasti ada jalan keluar untuk kita ya, skrg kita memang lagi di uji dengan masalah ini, mereka masih berpikir aku diguna2 Syg, dan masih berpikir kalo syg bakal menikah lagi. Syg kita sabar ya, kita buktikan kalo Syg tidak seperti itu. Aku dak mau jauh Dr Syg”.

“Itulah beberapa SMS dan ucapan terakhir dari Putri yang masih saya ingat. Sehingga jika saya ambil keputusan tanpa ada restu langsung dari Putri, nantinya terjadi hal yang tidak diinginkan. Jika memang mau berakhir, saya tetap berharap Putri yang langsung mengatakannya,” tegas Kajot. (kur)