Sinok baru saja siuman. Perempuan berusia 50 tahun itu berulangkali pingsan. Kediamannya satu di antara 87 rumah di Dusun Nuak, Desa Rirang Jati, Kecamatan Nanga Taman, Sekadau, yang berantakan dihantam banjir bandang bercampur lumpur dari Sungai Nuak, Jumat malam (5/3) sekitar jam 8 lewat 15 menit.
Abdu Syukri, Sekadau
Bak gelombang tsunami, banjir menerjang puluhan rumah termasuk milik Sinok di RT 8 RW 2. “Barang-barang milik saya banyak yang rusak. TV saya kena air yang bercampur lumpur,” tuturnya sambil terisak-isak, dijumpai Rakyat Kalbar di Dusun Nuak, Sabtu (6/3) siang.
Saat diwawancarai awak koran ini, Sinok memang baru saja terbangun dari pingsannya. Raut wajahnya tak bisa menyembunyikan kesedihan, kedua matanya tampak memerah dan melelehkan air mata. Ia pingsan lebih dari tiga kali sedari pagi hingga siang kemarin. Tim medis dari Puskesmas Nanga Taman terus menjaganya, berusaha memberikan pertolongan.
“Lemari saya juga rusak. Dapur rumah saya juga jadi reot,” Sinok terisak.
Tempat tinggal janda empat anak ini berada tak jauh dari bibir Sungai Nuak. Waktu kejadian, ia bersama tiga anaknya, Amus, Ajon, dan Eren, tengah berada di dalam rumah. Anak tertuanya, seorang perempuan, sudah berkeluarga dan tinggal dengan suaminya di rumah lain yang jauh dari bibir sungai.
Dapur kediaman Sinok terbuat dari papan dengan ukuran tak lebih enam meter persegi. Terlihat rusak dan miring. Beruntung badan utama rumahnya itu lebih tinggi dari dapur sehingga masih tampak kokoh.
“Di dalam rumah, air setinggi lutut. Sedangkan di dapur setinggi pinggang,” ucapnya.
Banjir bercampur lumpur itu datang tiba-tiba sekitar pukul 20.15 WIB. Airnya menyapu semua rumah warga di bibir Sungai Nuak. Ketinggian air bervariasi mulai dari 1 hingga di atas 1,5 meter.
Tak hanya Sinok, warga Nuak lainnya, Desi juga syok gara-gara banjir ini. Desi terkapar dan harus mendapat pertolongan warga. “Dia kecapean setelah mengungsikan barang-barang saat banjir datang. Sekarang jak belum mau makan,” ujar salah seorang warga yang menolong Desi.
Desi tinggal di rumahnya bersama sang adik, Yando. Sementara, orangtuanya sudah beberapa hari ini tidak di rumah. Mereka sedang memanen buah sawit di kebunnya yang jauh dari Nuak.
Saat banjir terjadi, Desi dan Yando harus bekerja keras mengungsikan barang-barang berharga dari dalam rumah ke tempat yang aman. Mereka dan warga lainnya harus cekatan karena air luar biasa cepat naiknya. Banyak warga yang tak dapat menyelamatkan seluruh harta bendanya.
“Banjir datang secara tiba-tiba. Airnya bercampur lumpur dan pasir langsung masuk dalam rumah,” kata Yosep, warga lainnya.
Ia memperkirakan banjir hanya terjadi sekitar sejam. Selama 15 menit awal, air naik seperti kilat dan mencapai puncaknya setengah jam kemudian. Setelah itu, berangsur-angsur surut.
Roni Susanto, Ketua Tim Tanggap Darurat Banjir, Longsor dan Puting Beliung (Bansorting) BPBD Kabupaten Sekadau menjelaskan, selain lumpur dan pasir, banjir bandang itu juga disertai potongan kayu dan akar-akar pohon. “Karena ada longsoran pada dua bukit, yakni Bukit Nuak Ulu dan Cinanu. Jadi longsorannya masuk ke sungai dan hanyut,” terangnya.
Bukit Nuak Ulu dan Cinanu berada sekitar 2 jam perjalanan dari Dusun Nuak. Lembah dari kedua bukit tersebut tepat mengapit Sungai Nuak yang berada persis di pehuluan pemukiman warga Dusun Nuak. Sesaat sebelum longsor terjadi, hujan terus mengguyur wilayah Nanga Taman, termasuk Kecamatan Mahap. Kondisi ini membuat kontur tanah menjadi lemah dan akhirnya gugur.
Kepala Desa Rirang Jati, Suhardia mengatakan, selain kedua bukit tersebut, di pehuluan Sungai Nuak juga ada Bukit Bejambol. “Bukit ini juga rawan retak. Makanya bencana banjir bandang ini bisa saja terulang,” ulasnya.
Pemerintah Kabupaten Sekadau merespon cepat bencana banjir bandang tersebut. Siang kemarin, Bupati Sekadau Rupinus bersama Wakilnya Aloysius langsung meluncur ke Nuak.
Dalam rombongan ikut Kapolres AKBP Muslikhun, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Akhmad Suryadi, serta Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Sosnakertrans) Sekadau, Suhardi.
Mengenakan sepatu bot, Rupinus meninjau langsung warga yang terkena dampak banjir bandang. Ia kemudian berdialog dengan sebagian warga yang sudah mengungsi di tenda pengungsian.
“Ini masih berpotensi longsor sebab hujan masih berpotensi turun. Karenanya kita imbau warga untuk sementara waktu mengungsi ke tempat yang aman,” pinta Rupinus.
Dikatakannya, banjir bandang ini baru pertama kali terjadi di Nuak. “Makanya banyak warga yang terkejut,” ulas dia.
Rupinus menuturkan, bencana merupakan sebuah ujian dari Tuhan. “Saya minta kita semua bersabar,” tuturnya.
Kejadian banjir ini, lanjut dia, bisa menjadi bahan evaluasi bersama untuk menjaga alam. “Jangan semua pohon durian ditebang,” tandas Rupinus.
Selain dari pemerintah kabupaten, tim dari Polres Sekadau juga terjun membantu para korban banjir tersebut. Data pihak BPBD, tercatat 40 KK di Nuak terpaksa mengungsi. Sementara sisanya sudah kembali ke rumah masing-masing setelah membersihkan rumahnya dari sisa-sisa banjir.
“Total 87 KK (Kepala Keluarga) dengan 348 jiwa yang terdampak banjir ini,” ungkap Kepala BPBD Akhmad Suryadi.
Ia menuturkan, warga yang terdampak paling parah adalah yang rumahnya terdekat dengan sungai. “Kita sudah memberikan bantuan kepada mereka. Tim dari BPBD sudah diterjunkan untuk membantu warga,” tukasnya. (*)