Pakan Naik, Harga Ayam Ikut Melonjak

TINJAU PASAR. Kepala Disperindagkop Kota Pontianak Haryadi (baju dinas coklat) bersama KPPU dan Pemprov Kalbar saat meninjau harga daging ayam potong di Pasar Flamboyan‎, Sabtu (20/2). Fikri Akbar-RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Naiknya harga daging ayam potong disejumlah pasar di Kota Pontianak, disebabkan karena mahalnya harga pakan yang diperoleh oleh peternak. Ketua I Asosiasi Agrobisnis Perunggasan Kalbar, Suryaman mengatakan kenaikan harga pakan tersebut pun mencapai Rp10 ribu.

“Hari ini naik lagi Rp10 ribu, kemarin Rp395 ribu perkarung, sekarang Rp400 ribuan,” katanya Sabtu (20/2).

Suryaman menampik jika kenaikan harga daging ayam potong ini berkaitan dengan tren atau jelang momentum Tahun Baru Cina atau Imlek. Tapi memang didorong oleh harga pakan yang naik. “Tidak, kita tidak tahu itu faktor apanya (yang sebabkan harga pakan naik), tidak tau,” ujarnya.

Pedagang tidak mengenal tren atau momentum untuk menjadi acuan kenaikan atau penurunan harga sebuah komoditas. Yang ada hanyalah hukum pasar.”Harga ayam tergantung permintaan pasar, kalau permintaan tinggi persediaan kurang, kita pasti naik. Sebaliknya juga persediaan banyak, permintaan kurang harga turun. Mekanisme pasar,” jelas Suryaman.

Senada dengan ini, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Kota Pontianak, Haryadi mengatakan harga tidak punya hubungan masalah dengan perayaan Imlek. Kenaikan inipun dianggapnya normal dan masih dapat terkontrol. “Tidak ada masalah. Indikatornya, kalau harga tidak stabil masyarakat pasti ada yang resah. Nah, ini di Kota Pontianak kan tidak ada yang resah. Artinya masih dibatas-batas kewajaran,” ungkapnya.

Namun demikian, pihaknya tetap akan melakukan kontrol terhadap kenaikan pakan ayam ini. “Selalu dari Disperindagkop mengecek gudang-gudang pakan. Kita kontrol apakah memang di gudang-gudang itu barang itu sudah ada atau disimpan. Agen, distributor, pengecer kita selalu monitor, sampai stok gudang biar stabil,” jelasnya.

Kesimpulan sementara ini dari Disperindagkop, kata Haryadi, kenaikan harga pakan ini dipicu oleh keterlambatan transportasi kapal pengantar pakan yang terkendala oleh faktor cuaca.”Pengaruh cuaca, pengaruh iklim, maka terjadi kelangkaan. Karenanya alur distribusi yang agak terlambat. Tapi artinya pakan itu tetap ada dan selama ini harganya masih terkendali lah,” pungkasnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan, memang beberapa bahan untuk pembuatan pakan (ransum) sebagian ada di Kalbar, namun untuk bahan-bahan utamanya lebih banyak dikirim dari luar Kalbar. “Di Kalbar itu, para peternak bisa membuat ransum sendiri, untuk cadangan. Tapi bahan bakunya juga tergantung dari Jawa. Karena ransum terdiri dari komposisi, seperti ada dedak, jagung, tepung ikan, dan sebagainya. Artinya, kenaikan ini disebabkan oleh distribusi karena tidak semua barang itu ada di Kalbar,” paparnya.

Sebelumnya, sejumlah pedagang ayam di Pasar Flamboyan mengakui bahwa memang telah terjadi kenaikan harga sebesar Rp2 ribu untuk daging ayam perkilo. Dari Rp25 ribu perkilo menjadi Rp27 ribu perkilo.

Kepada Rakyat Kalbar, Ari (25) dan Jumali (28), dua pedagang ayam setempat mengatakan, kenaikan harga terjadi sudah dari dua minggu lebih lalu. “Sebelumnya Rp25 ribu sekilo,” katanya.

Laporan: Fikri Akbar

Editor: Arman Hairiadi