eQuator – Pontianak-RK. Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar, H.M Zeet Hamdy Assovie, MMT mengaku Fahmi adiknya pernah dicuci otaknya (brain wash) di Jakarta.
Namun begitu, M Zeet menampik kalau adiknya itu terlibat organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Dia juga membantah kalau Fahmi disebut-sebut sebagai dedengkot organisasi sesat sebagaimana difatwakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalbar.
Tak jelas, apakah M Zeet mewakili adiknya memberikan klarifikasi perihal keterlibatan Fahmi sebagai orang penting Gafatar dan mengalami cuci otak.
“Tapi itu kan sudah sangat lama. Orang yang kena brain wash ini kan seperti terkena Narkoba. Dan keluarga sangat prihatin sejak tujuh tahun yang lalu,” ungkap M Zeet ditemui Rakyat Kalbar di Kantor Gubernur, Kamis (28/1).
M Zeet memastikan 99 persen adiknya sudah sadar, semestinya masyarakat memberikan apresiasi kepadanya. Perihal Fahmi terlibat dan aktif di organisasi dengan banyak sel-sel pada masyarakat tertentu yang direkrut melalui berbagai program, itu juga dibantah M Zeet.
“Itu kan tidak benar. Kalau memang benar, tentu negara kan tidak mungkin tidak mengetahui. Masak kita ingin mengatakan polisi tidak tahu, TNI tidak tahu, aparat kejaksaan tidak tahu. Dasarnya menuduh sepihak itu tidak ada, apalagi mengait-ngaitkan dengan saya,” ujarnya.
Namun, mengakui karena kejadian (cuci otak) itu, maka adiknya ditarik ke Pontianak untuk disadarkan dengan proses yang panjang. “Hari ini dia sudah kembali ke jalan yang benar, bahwa dia memang mempunyai kenalan, suka bersilaturahmi, anaknya baik suka memfasilitasi orang,” ungkap M Zeet.
Sekali lagi, Ketua NU Kalbar ini menolak kalau adiknya disebut sebagai gembong Gafatar. “Kalau kita membayangkan disebut gembong itu kayak PKI saja. Saya mencari padanan kata gembong itu, tidak dapat saya,” tegasnya.
Dijelaskannya, adiknya tidak pernah masuk Gafatar, tetapi Fahmi pernah ikut jamaah Kuba selama delapan tahun.
“Namanya anak muda, mencari jatidiri itu biasa. Tetapi tentunya kita tidak dengan mudah dan cepat menuduh bahwa kamu telah bersalah,” ujar M Zeet.
Apabila adiknya dianggap telah melanggar hukum positif tentunya diproses hukum. “Yang telah ia langgar itu apa? Apa kesalahannya dan apa yang dituduhkan? Kalau dia melanggar hukum positif, tangkap dan penjarakan dia,” katanya.
M Zeet sebagai Ketua NU Kalbar menyatakan sedang berjuang keras bersama warga Nahdliyin, tapi tidak seperti teman-teman yang tendesius. Namun dia tak menyebutkan nama teman-temannya yang tendensius itu dan apa maksudnya.
“Ayo kita sama-sama media, cari akar masalahnya, otak daripada Gafatar ini siapa? Pendirinya siapa? Ayo kita tangkap dia, jangan cuma kita menangkap warga masyarakat. Dia itu sebagai dampak brain wash. Penyebabnya siapa, itu yang harus ditangkap. Jangan takut,” jelas M Zeet.
Mengenai Fatwa MUI, sejak tahun 2006 lalu organisasi Gafatar ini sudah dinyatakan sesat dan terlarang. MUI sebagai pengayoman, pembinaan dan penyadaran, mestinya meminta mereka (Gafatar) bertobat.
M Zeet menyatakan komplain terhadap pemberitaan yang menyudutkan dirinya sebagaimana ditulis oleh media local, bahwa adiknya terlibat Gafatar.
“Saya memberikan hak jawab saya kepada Dewan Pers. Saat ini menunggu jawaban Dewan Pres. Karena menurut saya ini adalah pembunuhan karakter, mungkin pesanan karena mau Pilgub (Pemilihan Gubernur),” jelas M Zeet.
Kalaupun mau dihubungkan dengan Pilgub, M Zeet mengaku tidak bisa berkehendak untuk menjadi pemimpin Kalbar.
“Saya merasa bukan hanya dizolimi saja, tapi merasa dihukum. Padahlan pers itu bukanlah lembaga peradilan. Media bukan berhak untuk mengadili orang,” katanya.
M Zeet menyarankan adiknya mendatangi Polda Kalbar. Bukan untuk melaporkan pemberitaan tentang dirinya, tetapi membuat pernyataan di atas manterai, bahwa adiknya itu tidak pernah terlibat organisasi terlarang.
“Saya sarankan juga kepada adik saya, menyatakan bahwa pernah di cuci otak. Saat ini sudah sadar dan tidak mau terlibat di dalam organisasi terlarang tersebut,” jelasnya.
Menurutnya, adiknya itu sudah mendatangi Polda. Namun M Zeet belum mengecek. “Sudah dilakukan adik saya, cuma belum saya cek sekarang. Mudah-mudahan selesai masalah ini,” harap M Zeet.
Belum Terima Laporan
Hingga kemarin Polda belum menerima laporan adanya dugaan keterlibatan adik kandung Sekda M. Zeet Hamdy Assovie bernama Fahmi, menjadi dedengkot Gafatar.
“Belum ada,” kata AKBP Arianto, Kabid Humas Polda Kalbar, Kamis (28/1) sore.
Arianto mengaku hingga saat ini Polda masih fokus pengamanan proses evakuasi eks Gafatar ke daerah asalnya masing-masing. “Tentunya kita juga akan melakukan langkah-langkah investigasi, terkait keberadaan eks Gafatar di Kalbar ini,” ujarnya.
Sejauh ini, dikatakan Arianto, belum ada proses pemeriksaan secara yuridis terhadap siapapun, terkait keberadaan eks Gafatar di Kalbar, termasuk menerapkan wajib lapor. Polisi masih melakukan investigasi. “Artinya begini, kita belum ada langkah-langkah proses penyidikan,” terangnya.
Termasuk beberapa eks Gafatar yang sempat diamankan di Polda Kalbar dan Polresta Pontianak. “Sifatnya hanya klarifikasi saja. Sekarang sudah dipulangkan. Dan klarifikasi itu bukan langkah atau masuk dalam proses penyidikan. Harus bisa dibedakan antara proses penyelidikan, penyidikan dan klarifikasi,” tegas Arianto.
Laporan: Isfiansyah, Ocsya Ade CP
Editor: Hamka Saptono