Pontianak-RK. Bergesernya basis dari produksi ke konsumsi menyebabkan sebagian besar masyarakat Kalbar kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sayur mayur dan bumbu dapur sendiri. Tak pelak kondisi ini membuat Kalbar harus mengimpor kebutuhan tersebut dari luar negeri seperti China dan India.
A Iwan Santoso, salah satu pengusaha Kalbar yang bergerak di bidang jasa impor mengatakan, bahwa tingkat kebutuhan masyarakat Kalbar akan sayur mayur dan bumbu dapur saat ini kian meningkat dari tahun ke tahun. Sementara rasio stok kebutuhan yang ada tidak mencukupi. “Saya melihat peluangnya sangat besar, karena di daerah kita belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tiap tahun meningkat,” katanya.
Menurut pria yang akrab disapa Alenk ini, kebutuhan tersebut pun seiring berjalan dan terus mendesak. Khususnya pada saat momen-momen perayaan besar seperti Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. “Nah sebentar lagi mau Imlek, tiap hari harga naik terus. Ini yang membuat kami impor dari luar. Sementara ini saja untuk tiga daerah, Kota Pontianak, Kubu Raya sama Singkawang, barang kita yang datang sudah habis. Ini saya lagi minta tambah lagi kuota dari Jawa untuk di Sintang. Mudah-mudahan masih dapat kebagian,” terang Iwan yang mengaku baru terjun ke bisnis ini.
Alasan lainnya, kata dia, barang-barang yang diimpor dari luar pun lebih murah ketimbang produk dalam negeri sendiri. “Harganya murah kualitasnya juga bagus. Potensi Kalbar bagus hanya tidak diolah secara profesional, butuh dukungan aktif dan nyata oleh pemerintah daerah untuk para petani-petani kita,” katanya.
Adapun barang-barang yang diimpor Alenk diantaranya kentang, bawang merah, bawang putih, wortel, kol dan kacang tanah. “Kalau bawang merah, kentang, wortel dan kol biasa ambil dari Jawa Tengah, bawang putih kualitas yang bagus itu dari China. Kalau Kacang tanah biasa dari India,” katanya.
Untuk pendistribusiannya sendiri, terang Wakil Ketua Umum HIPMI Kalbar ini, barang-barang yang datang dari China akan dikirim melalui kapal menggunakan kontainer khusus komoditas dengan 16 hari perjalanan untuk sampai ke Surabaya. Kemudian lanjut menuju ke Semarang lewat jalan darat menggunakan Fuso dengan bobot 32 ton menuju Pontianak. Dari Pontianak berbagai komoditas ini kemudian disebar ke daerah-daerah di Kalbar. “Kalau ke daerah-daerah kita pakai truk yang 8 ton. Kalau komoditinya dari Jawa, kita langsung muat aja di Fuso lewat Semarang. Katena untuk Pontianak kapal hanya dari Semarang,” katanya.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Arman Hairiadi