eQuator – Pontianak-RK. Setelah pertunjukan apik dari Iwan ‘Sniper’ Zoda saat malam tahun baru di Gedung Pontianak Convention Center (PCC), banyak yang mengincar petinju berusia 19 tahun itu. Ya, petinju-petinju dunia tampaknya bernafsu untuk menjajal hook kanan yang telah menumbangkan petinju Thailand, Phupa Por Nobnom, di ronde tiga itu.
So, who will be Zoda’s next opponent—Jadi, siapa yang akan jadi lawan Zoda berikutnya? Matchmaker pertandingan Zoda, sekaligus Ketua Panitia International Air Force Boxing Championship di PCC, Mayor Kal Yudi Setiawan menyebut nama pemegang sabuk juara kelas terbang WBO Afrika, Julias Thomas Kisarawe.
“Kita sudah berkomunikasi intens dengan penghubung WBO Afrika, mereka juga respon. Rencananya akan digelar Maret nanti. Bila oke, maka akan terjadi unifikasi, siapapun yang menang memegang dua sabuk, WBO Asia dan WBO Afrika. Momen yang sangat jarang,” tuturnya, mewakili Pangkalan TNI AU (Danlanud) Supadio Pontianak dalam press conference di Kopitiam Jalan Letjen Suprapto Pontianak, Sabtu (2/1).
Lanud Supadio Pontianak yang bertindak sebagai pembina sekaligus mediator, ia melanjutkan, menyiapkan hal ini karena mengikuti keinginan Zoda sendiri, pelatih Damianus Yordan, serta animo publik tinju tanah air yang besar agar lagu kebangsaan kita bisa berkumandang di ring tinju dunia.
“Ini tidak mudah tanpa bantuan media, pemerintah, dan pihak swasta. Iwan ini aset, putra Kalbar. Tidak mudah untuk mengumandangkan Indonesia Raya di negara lain,” terang Yudi.
Tak bermaksud mendahului kehendak Tuhan, Yudi yakin Zoda bisa menyandingkan sabuk WBO Asia Pasifik dan Afrika. “Jadi, kita buka cerita saja di sini. Sebelum Phupa Por Nobnom, yang akan kita tantang adalah Morakote,” kisahnya.
Morakote Patanakan Gym disebut-sebut sebagai petinju kelas terbang paling ditakuti di Thailand. Dia juara juara Asia versi WBA, setaraf dengan WBO. “Morakote udah oke, managernya juga sudah tandatangan kontrak. Namun, empat hari kemudian mendadak dibatalkan,” beber Yudi.
Pembatalan sepihak kubu Morakote ini disinyalir karena manajemen yang bersangkutan khawatir kalah melawan Zoda. “Mungkin, dia lengah, tidak cari referensi dulu (sebelum teken kontrak) bagaimana gaya bertinju Iwan. (Alasannya,red) dia tidak bisa datang karena tidak siap. Kan tidak masuk logika, petinju sudah tandatangan, manajer sudah tandatangan kok tiba-tiba tidak siap,” tukasnya.
Kebetulan, cerita Yudi, pelatih Zoda, Damianus Yordan punya beberapa kenalan di Thailand dan mencari tahu apa alasan Morakote membatalkan kontrak melawan Zoda. Rencananya pertandingan itu juga digelar di PCC.
“Ketika Bang Dami (karib Damianus Yordan disapa,red) kontak ke Thailand, ke yang bukan kubunya Morakote, didapati sudah tersiar kabar kalau para pengurus tinju Thailand menyayangkan adanya kontrak tersebut,” jelas dia.
Artinya, imbuh Yudi, kalau seandainya dia dibikin KO oleh Zoda, otomatis gelar WBA-nya akan copot meskipun bertanding di versi WBO. “Makanya kita sangat optimis Iwan bisa kembali menang (melawan Kisarawe,red),” pungkasnya.
Julias Thomas Kisarawe merupakan pria kelahiran Tanzania, Afrika. Menurut Dami, dia memang memiliki postur badan sedikit lebih tinggi dari Zoda.
“Dari jangkauan, dia pasti menang, tapi pasti akan kita cari bagimana cara melumpuhkannya. Ada ramuan-ramuan strategi tersendiri walaupun dia lebih tinggi, lebih berpengalaman. Ada teknik dan taktik yang akan kita kembangkan,” tutur abang dari petinju Daud ‘Cino’ Yordan ini.
Kabar baiknya, Kisaware diketahui pernah kalah tanding di Thailand. Sementara, Zoda sudah beberapa kali menang dari petinju Thailand, termasuk saat menumbangkan Petchchorhae Kokietgym untuk merebut sabuk juara kelas terbang yang kini melingkar di pinggangnya. Namun begitu, Dami tetap akan mengintensifkan latihan Zoda.
“Kita mesti tahu dulu kapan tanggal pertandingannya, baru kita menyusun periodesasi latihan, umum, khusus, baru sparring partner. Kalau tiga bulan, sekitar 12 minggu bisa, tidak ada masalah. Iwan inikan tinggal melanjutkan saja, tapi sekarang istirahat dulu, minggu depanlah baru latihan lagi,” ungkapnya.
Apa alasan memilih petinju Afrika sebagai lawan Zoda, kenapa tidak menjajal petinju dari negara-negara Eropa? “Untuk Eropa, jarang sekelas (berat badan) Iwan ini badannnya. Gudangnya petinju kelas Iwan (50 Kg) sampai kelas 60 Kg itu di Asia, kemudian Amerika Latin. Tapi, sulit mencari petinju yang memiliki postur sebesar Iwan. Afrika banyak juara yang satu kelas sama Iwan, itu alternatif kita,” beber Dami.
Zoda sendiri mengaku sama sekali belum memiliki gambaran utuh tentang calon lawannya ini. “Yang saya tahu memang petinju-petinju Afrika memiliki jangkauan yang lebih panjang, utamanya itu,” ujarnya.
Untuk mengatasi ini, dia akan lebih banyak menggunakan teknik menyerang daripada bertahan. “Bukan lagi counter boxer (serangan balik), tapi saya akan bermain box fight (menyerang). Karena kalau main counter boxer, jangkauan saya lebih pendek. Saya akan jual beli pukulan,” ungkap Zoda.
Mengingat belum mengetahui secara pasti sejauhmana kepiawaian Julias, Zoda belum bisa menargetkan akan menang KO di ronde berapa. “Tapi saya optimis akan memenangkan pertandingan, KO atau angka. Kita lihat nanti,” tukasnya.
Yang pasti, Sang ‘Sniper’ bertekad tidak akan mengecewakan pelatih dan masyarakat Kalbar. Petinju Kayong Utara ini akan berlatih keras.
“Saya akan persiapkan dua bulan ini. Walaupun saya habis bertanding, enggak masalah. Pengennya minggu depan sudah mulai berlatih. Saya yakin dengan diri saya sendiri, sangat optimis bisa menghadapi dia,” demikian Iwan Zoda.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Mohamad iQbaL