eQuator – Putussibau-rk. Merasa tugas dan tanggungjawabnya juga berat, Satuan Pengaman (Satpam) berharap izin pegang senjata api (senpi) dipermudah. Mengingat Satpam rentan berhadapan langsung dengan pelaku kriminalitas, seperti perampokan dan pencurian.
Dadang Darmadi, Satpam BRI Cabang Putussibau menuturkan saat melakukan pengamanan mereka menghadapi kendala, karena tidak memiliki peralatan yang lengkap untuk mencegah terjadinya tindakan kriminalitas. Makanya, ia menilai sudah semestinya Satpam memiliki senpi. “Kami sebenarnya harus memiliki Pistol dan alat penyetrum untuk mencegah terjadinya tindakan pencurian,” katanya saat ditemui setelah memperingati Hut Satpam Ke 35 tahun 2015 di halaman Mapolres Kapuas pada, Rabu (30/12) pagi.
Agar bisa memiliki senpi tidak mudah, Satpam harus mengikuti pendidikan lagi. Padahal senpi tersebut sangat dibutuhkan oleh Satpam mengingat para pelaku tindakan pencurian saat ini lebih pintar dan berani. “Kami ini cuma pakai pentungan saja, kalau mereka bawa senpi kami bisa keduluan mati ditembak mereka,” ujarnya.
Untuk itulah, Dadang, meminta pihak kepolisian dan tempatnya bekerja agar diberikan kemudahan memiliki senpi demi menjaga keamanan dan keselamatan jiwa dari pelaku tindak pencurian. “Sudah mengadakan pengajuan dari Kanwil 3 Jakarta. Saya pendidkan dulu tahun 2010 di sekolah pendidikan polisi negara. Saya kerjanya dalam satu hari selama 12 jam,” terang Dadang.
Sedangkan, Satpam lainnya Andreas Latong menuturkan selama ini ia telah mendedikasikan sebagai Satpam. Sudah lebih dari 30 tahun ia menjadi seorang Satpam. “Dulu di Benua Indah Pontianak, saat produksi kayu. Tutup ditahun 2004, hampi 18 tahun di sana. Setelah tutup baru saya ke Kapuas Hulu. Kemudian ditarik di DPRD Kapuas Hulu jadi satpam ditahun yang sama, hingga sekarang,” kata Latong.
Semasa menjadi Satpam Latong mengaku sudah biasa menangkap pencuri. Beberapa diantaranya ada yang menggunakan senjata tajam. “Kalau pengalaman saya, nangkap pencuri sudah biasa, kalau jaman kayu orang ada yang pakai parang. Tapi mau gimana harus ditangkap,” ujarnya.
Disisi lain, Latong mengeluhkan gaji yang masih tidak sesuai, pasalnya masih kurang mencukupi kebutuhan keluarga. Sementara tanggungjawab sebagai Satpam cukup berat. “Sekarang gaji saya Rp1 juta lebih. Itu belum cukup untuk biayai sekolah anak dan keluarga. Tangung jawab Satpam berat, bertaruh juga hidup mati. Kita harap ada gaji lebih,” ungkapnya.
Latong berpesan kepada rekan sejawatnya untuk melaksanakan tugat Satpam dengan baik, sebagai sebuah amanah. “Dengan rekan saya pesan agar laksanakan tugas dari niat hati. Mau dikampung atau pun di kota sama saja. Satpam harus terus tingkatkan kemampuan,” ujarnya.
Laporan: Arman Hairiadi