Keracunan Jilid Dua di Sintang

Kondangan, 74 Warga Pusing, Mual dan Muntah

ilustrasi. net

eQuator – Sintang-RK. Lagi-lagi keracunan makanan di Kecamatan Binjai Hulu, Kabupaten Sintang. Sebelumnya, 94 anak-anak di Desa Telaga 1 yang keracunan makanan pesta Ulang Tahun (Ultah). Kali ini, giliran 74 warga Desa Simba yang keracunan makanan pesta pernikahan.

“Mereka menjalani perawatan di Balai Desa Simba karena mengalami pusing, mual dan muntah satu hari setelah menikmati hidangan pesta pernikahan,” kata Harysinto Linoh, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sintang saat dihubungi via selular, Selasa (29/12).

Warga Desa Simba yang mengalami gejala keracunan tersebut merupakan tamu-tamu undangan pesta pernikahan pada Minggu (27/12). Termasuk di antaranya, tuan rumah atau yang menggelar acara pernikahan tersebut.

Sejak Minggu malam atau sepulang dari kondangan, mereka sudah merasakan pusing, mual dan muntah-muntah. Lantaran kondisinya semakin parah, mereka harus dilarikan ke Puskesmas untuk mendapat perawatan medis pada keesokan harinya. “Saat ini, kondisi 74 warga yang diduga keracunan makanan itu sudah berangsur baik, setelah ditangani petugas Puskesmas setempat,” kata Sinto.

Dia menjelaskan, awalnya pihak Puskesmas Kecamatan Binjai Hulu merawat beberapa pasien yang mengalami gejala keracunan dari Desa Simba. “Karena jumlah pasiennya semakin bertambah, mereka pun menghubungi kita,” ungkap Sinto.

Mendapat laporan dari Puskesmas tersebut, Sinto pun memerintahkan jajarannya untuk segera bertindak. “Kita langsung mengerahkan empat unit mobil ambulans dan sejumlah petugas medis ke Desa Simba,” katanya.

Lantaran sulitnya akses dari Desa Simba ke Puskesmas Binjai Hulu, jelas Sinto, pasien yang diduga keracunan makanan pesta pernikahan itu pun dirawat darurat di Balai Desa Simba. “Perawatan yang kita lakukan secara on the spot. Kini sebagian sudah pulang. Sementara yang di Balai Desa Simba tinggal 15 pasien dan kita standby-kan dua unit mobil ambulans,” ungkapnya.

Sinto mengaku kaget atas peristiwa ini. Lantaran kasus keracunan seperti ini terjadi secara beruntun. Sebelumnya di Desa Telaga 1 dan kini di Desa Simba. Padahal jarak antara kedua desa di Kecamatan Binjai Hulu itu berjauhan.

Saat ini, Dinkes Sintang sudah mengambil sampel makanan yang diduga menyebabkan para tamu undangan pernikahan itu mengalami gejala keracunan. “Sampelnya sudah kita ambil, dan seperti sebelumnya, juga kita kirim ke BBPOM Pontianak untuk diuji,” jelas Sinto.

Mengenai kapan hasilnya akan diketahui, Sinto menjelaskan, hasil uji sampel makanan yang diduga menyebabkan warga Desa Telaga 1 keracunan saja belum keluar. Tentunya hasil uji makanan di Desa Simba ini akan lebih lama lagi.

“Tetapi jika tidak ada kendala, dalam waktu dekat sudah keluar hasil uji sampel makanan dari dua desa tersebut. Sehingga kita bisa mengetahui apa-apa saja kandungan makanan yang menyebab warga menjadi pusing, mual dan muntah-muntah,” papar Sinto.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Sintang, AKP Syamsul Bakrie membenarkan tentang adanya insiden keracunan di Desa Simba tersebut. “Masih dalam penyelidikan kita. Kita belum tahu apa penyebabnya. Dugaan awalnya baru keracunan makanan saat menyantap makanan di acara pernikahan warga setempat,” katanya.

Ditegaskannya, korban dari insiden tersebut terdiri atas 74 warga Desa Simba, termasuk yang punya hajatan. “Tetapi banyak dari mereka, kondisinya sudah membaik. Hanya beberapa orang saja yang masih mendapatkan perawatan medis dari petugas kesehatan setempat,” ungkap Syamsul.

Dia mengaku, belum bisa memastikan apakah benar-benar keracunan makanan atau bukan. Sebab, untuk mengetahui penyebabnya, pasti memerluka uji laboratorium. “Sampel makanan sudah kita ambil, dan akan segera kita kirim,” tuturnya.

Sementara untuk sampel makanan terkait kasus di Desa Telaga 1, kata Syamsul, sudah dikirim terlebih dahulu. “Hasilnya belum kita ketahui, yang pasti sudah kita kirim sampelnya,” ujarnya.

Apapun hasilnya nanti, tambah dia, penyelidikan dan penyidikan akan terus dilakukan terhadap kasus keracunan ini. “Tetap kita lanjutkan, karena kejadian ini sudah dua kali di satu kecamatan, walaupun desanya berbeda,” tutup Syamsul.

Laporan: Achmad Munandar

Editor: Mordiadi