eQuator – JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Luhut Binsar Panjaitan sempat dibuat kesal dan kecewa oleh Yang Mulia Anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR, Adjie Bakrie.
Itu terjadi ketika Bakrie, melontarkan sejumlah pertanyaan yang menurut Luhut, tidak layak dipertanyakan dalam persidangan MKD. Pertama, soal kehadiran tiga anggota dan pimpinan MKD dari Fraksi Golkar saat Luhut melakukan konferensi pers di kantornya soal Skandal Papa Minta Saham. Ketiganya adalah Kahar Muzakir, Ridwan Bae dan Adie Kadir.
“Saya undang anggota MKD untuk hadir. Saya hanya ingin klarifkasi soal posisi saya. Jangan berburuk sangka,” kata Luhut, dengan nada ketus menjawab pertayaan politikus PAN tersebut, dalam persidangan Senin (14/12).
Tak berhenti di situ, Bakrie langsung menanyakan lagi soal adanya informasi bahwa Luhut bertemu pengacara Setya Novanto, Lucas, tengah malam beberapa waktu lalu. Pertanyaan inilah yang membuat nada Luhut semakin meninggi.
“Saya sudah tidur Jam 9.30 (21.30 Wib). Ditelpon presiden jam 10 (22.00 Wib) saja saya sudah tidur. Saya kecewa, pertanyaan sekelas ini masuk ke ruangan ini. Saya belum gila melakukan pertemuan dengan Lucas tengah malam,” ketus Luhut.
Hanya Lelucon
Luhut Binsar Panjaitan mengaku tidak tahu ada pembicaraan antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha M. Riza Chalid dan Presiden Direktur PT. Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin terkait bagi-bagi saham perusahaan tambang, Freeport di Papua.
“Saya juga enggak paham kalau ada pembicaraan itu,” kata Luhut menjawab pertanyaan Anggota Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR Supratman dalam sidang etik kasus “papa minta saham” di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (14/12).
Namun menurutnya adalah hal yang tidak mungkin sebuah perusahaan yang sedang berinvestasi Indonesia akan mau memberikan saham secara cuma-cuma kepada seseorang.
“Karena urutannya pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, baru swasta. Saya enggak tau kalau ujug-ujug ke swasta itu. Enggak mungkin bagi-bagi saham ke individu. Kita melihat itu jadi lelucon karena sesuatu yang enggak mungkin,” seloroh Luhut.
“20 persen saham Freeport sekitar 1,7 juta dolar atau sekitar 20 triliun. Secara logika, apa mungkin dengan nilai itu, Freeport beri saham secara cuma-cuma?” lanjut Supratman menanyakan.
Menurut Luhut, jikapun ingin meminta saham atau memberikan saham, maka suatu yang tidak mungkin hanya dibicarakan dengan seorang pimpinan Freeport di Indonesia, karena keputusan sebesar itu harus dibicarakan di tingkat Freeport pusat, yaitu di AS.
“Saya tentara hidup dengan penuh logika. Saya pengusaha juga sekarang. Kalau orang beri saham 20 persen kan prosesnya enggak semudah itu. Harusnya dibicarakan dengan Freeport Amerika,” demikian Luhut menjawab. (jpnn/Rmol)