eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Hasil pemilihan legeslatif (Pileg) 17 April 2019 lalu, dipastikan bakal menghasilkan wajah-wajah baru yang akan duduk di kursi DPRD Provinsi Kalbar. Dari delapan daerah pemilihan (Dapil), 60 persen caleg terpilih merupakan pendatang baru.
Fakta tersebut berdasarkan data hasil pleno KPU Kalbar dan data Sekretariat DPRD Provinsi Kalbar. Hanya tersisa 40 persen caleg petahana (incumbent) yang akan kembali duduk di periode berikutnya.
Misalnya saja caleg PDIP. Catatan Rakyat Kalbar yang dihimpun dari data Sekretariat DPRD Kalbar, setidaknya partai berlambang banteng tersebut, mengirim tujuh caleg ‘wajah baru’ yang terpilih untuk menjadi legislator masa jabatan 2019-2024.
Wajah-wajah baru Caleg PDIP Provinsi Kalbar yang terpilih itu seperti, Paulus Andy Mursalim (Dapil Kalbar 1), Bambang Ganefo Putra (Dapil Kalbar 2), Sebastianus Darwis (Dapil Kalbar 3), Elias Ajan (Dapil Kalbar 3), Angeline Fremalco (Dapil Kalbar 5), Ramli (Dapil Kalbar 5) dan Musa (Dapil Kalbar 6).
Sementara Partai Golkar juga setidaknya mengirim lima caleg barunya yang berhasil menembus parlemen Provinsi Kalbar, hasil Pileg 17 april lalu. Mereka diantaranya, Arif Rinaldi (Dapil Kalbar 2), Erry Iriansyah (Dapil Kalbar 2), Usmandy (Dapil Kalbar 7), Fransiskus Ason (Dapil Kalbar 6), dan Edy R Yacoub (Dapil Kalbar 3).
Sementara Partai Nasdem juga tak mau kalah dengan partai berlambang pohon beringin. Partai besutan Surya Paloh itu juga berhasil mengantarkan lima caleg barunya untuk menduduki kursi DPRD Provinsi Kalbar.
Kelima caleg baru Nasedem yang berhasil terpilih tersebut diantaranya, Sudiantono (Dapil Kalbar 3), Sumadi Madod (Dapil Kalbar 5), Fransiskus Suwondo (Dapil Kalbar 6), Tery Iberahim (Dapil Kalbar 7), dan Kho Susanti (Dapil Kalbar 8).
Selanjutnya, Partai Gerindra juga mengirim empat caleg barunya untuk menjadi wakil rakyat di lima tahun mendatang. Keempatya adalah, Aleksander (Dapil Kalbar 3), Cok Hendri Ramapon (Dapil Kalbar 6), Gregorius Herkulanus Bala (Dapil Kalbar 7), dan Heronimus (Dapil Kalbar 8).
Sedangkan caleg-caleg incumbent Provinsi Kalbar yang berhasil duduk kembali, hasil pileg 17 April lalu, hanya bertahan 40 persen dari jumlah yang ada.
Menyikapi perolehan kursi di DPRD Kalbar, Presedium Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Provinsi Kalbar, Umi Rifdiyawati menilai, wajah baru yang mendominasi anggota DPRD Provinsi Kalbar terpilih, merupakan hal yang biasa.
Pemilu adalah mekanisme yang resmi untuk rakyat menentukan pilihan rakyat. Lewat proses demokrasi itu, masyarakat bebas memilih. Apakah masih akan memilih calon yang sedang menjabat. Atau justru akan memilih calon lain. Sebagaimana yang ditawarkan oleh masing-masing partai politik.
Karena itu, mantan Ketua KPU Provinsi Kalbar tersebut menyatakan, pemilu yang demokratis, sangat menjamin kesamaan peluang bagi para calon untuk merebut hati rakyat. “Sebab itu, hasil pemilu tidak bisa menjamin, bahwa incumbent pasti terpilih kembali,” katanya.
Menurutnya, saat ini rakyat semakin cerdas. Mereka sudah bisa menilai. Calon incumbent yang dianggap tak maksimal bekerja selama lima tahun terakhir, pasti akan tergeser.
Melalui pemilu, rakyat akan menggunakan daulatnya. Wakil rakyat yang sudah diberikan mandat untuk periode lalu, tentu bakal mendapat reward dan punishmen. “Jika dianggap baik, maka akan dipilih kembali. Tetapi, sebaliknya. Rakyat punya kuasa untuk tidak memilih calon incumbent yang dianggap selama menjabat, kinerjanya kurang baik,” katanya.
Selain itu, menurut Umi, penyebab lain sebagian kursi DPRD Provinsi Kalbar diisi wajah-wajah baru, karena ada sejumlah anggota DPRD lama yang memilih untuk mencalonkan diri di lembaga pemilihan lain. “Misalnya, ada yang mencalonkan diri sebagai calon DPD dan calon DPR RI,” ujarnya.
Namun terlepas dari itu, Umi mengingatkan para caleg incumbent yang tidak terpilih kembali, agar tidak patah semangat dan tetap bisa bekerja maksimal di akhir-akhir masa jabatannya. “Kewajiban itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sampai akhir masa jabatannya,” pungkasnya.
Laporan: Abdul Halikurrahman
Editor: Yuni Kurniyanto