eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Sebanyak 259 meriam karbit siap menyemarakkan Festival Meriam Karbit yang akan digelar pada malam Idulfitri 1440 Hijriah. Jumlah keseluruhan meriam itu berasal dari 39 kelompok yang menjadi peserta festival.
Ketua Forum Permainan Meriam Karbit, Fazri Udin mengatakan, saat ini persiapan untuk festival sudah mencapai di atas 50 persen. “Tahun ini pembukaan festival dipusatkan di Gang H Mailamah, Jalan Adisucipto,” ungkapnya usai rapat koordinasi Festival Meriam Karbit di Ruang Rapat Wali Kota Pontianak, Selasa (14/5).
Menurutnya, meriam karbit merupakan permainan tradisional khas Pontianak dan sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
“Kita berharap melalui Forum Meriam Karbit, budaya ini tetap eksis setiap tahunnya dan bisa dinikmati masyarakat luas,” harap Fazri.
Meriam karbit terbuat dari kayu balok yang dililit dengan rotan. Meriam karbit memiliki ukuran panjang rerata antara 5 hingga 7 meter dan diameter 60 hingg 70 centimeter. Untuk membunyikannya, dibutuhkan karbit yang dimasukkan ke dalam meriam hingga mencapai titik didih tertentu kemudian siap disulut. Suara yang dihasilkan meriam karbit ini sangat menggelegar, bahkan getarannya bisa dirasakan oleh warga yang bermukim di sekitar area meriam itu dimainkan. Setiap digelarnya festival meriam karbit ini, tak jarang mengundang rasa penasaran para wisatawan untuk menyaksikan dan mendengar langsung bunyi permainan tradisional ini. Bahkan, mereka memberanikan diri untuk menyulut langsung meriam karbit.
Terpisah, Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono meminta panitia Festival Meriam Karbit mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan penyelenggaraan event ini.
“Saya minta panitia pelaksana benar-benar mempersiapkan secara matang, baik itu kemasan acaranya, pembukaan, panggung utama serta pengaturan tamu undangan,” katanya.
Sebagai permainan tradisional, sambung Edi, permainan meriam karbit tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan masyarakat Pontianak. Terutama yang bermukim di pinggiran Sungai Kapuas. Terlebih meriam karbit merupakan bagian dari historis berdirinya Kota Pontianak.
“Oleh sebab itu, melalui festival ini kita berharap permainan meriam karbit tetap terus dilestarikan sebagai khasanah budaya Pontianak yang tidak dimiliki daerah lainnya. Tak sah rasanya bila lebaran Idulfitri tanpa terdengar dentuman meriam karbit,” imbuhnya.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Ocsya Ade CP