eQuator.co.id – Pontianak-RK. Dalam sehari, dua aksi demontrasi terjadi dalam momen 212 pada jumat (2/12) siang hingga sore di Bundaran Digulis, Jalan Ahmad Yani, Pontianak. Kedua aksi menyampaikan tuntutan yang sama, yakni penegakan hukum seadil-adilnya terhadap kasus dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Aksi ini bentuk solidaritas kita terutama terhadap aksi yang ada di Jakarta hari ini. teman-teman yang tidak bisa berangkat mereka aksi disini,” ujar Imran Ramadhani, yang mewakili Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Wilayah yang saat itu ikut serta dalam aksi damai di Jakarta. “Kita ingin menunjukkan bahwa ini adalah kepentingan umat Islam, kepentingan bangsa, bukan hanya Jakarta,” tambahnya.
Aksi KAMMI dimulai sekitar pukul 1 siang. Masa yang awalnya berkumpul di Masjid Muhtadin UNTAN bergerak ke Taman Digulis. Disana massa KAMMI yang berjumlah sekitar 100 orang tersebut membentangkan sebuah baner besar bertuliskan “Tangkap Ahok.” Massa kemudian bergilirian melakukan orasi yang mengecam penistaan agama dan menuntut adanya penegakan hukum.
Imran, mewakili rekan-rekannya di KAMMI meminta agar Basuki Tjahaya Purnama yang sudah dinyatakan tersangka agar segera ditahan. “Jika kasus ini tidak tuntas, ini akan jadi bencana besar bagi penegakan hukum di Indonesia, saya yakin semua akan mengawalnya, para ulama juga akan mengawalnya, dan akan ada aksi yang lebih besar jika itu terjadi,” ujarnya.
Namun Imran meyakini bahwa penegakan hukum masih di Indonesia. Karenanya kehadiran KAMMI dalam aksi tersebut adalah dalam upaya mengawal penegakan hukum. Sejauh ini ia memandang proses hukum sudah berjalan sesuai harapan karena kasus tersebut kini telah dilimpahkan ke pihak Kejaksaan Agung dan segera disidangkan.
Aksi KAMMI tersebut juga diwarnai dengan aksi teatrikal. Salah seorang peserta aksi yang menggunakan topeng bergambar wajah Ahok tampak berkeliling diantara massa yang melakukan aksi dengan sikap yang seolah arogan. Kemudian seseorang seolah menjaga pria bertopeng tersebut. Namun, kemudian seseorang yang berperan sebagai penegak hukum dengan dibantu massa berhasil menangkap orang yang berperan sebagai Ahok plus pelindungnya itu.
Demonstrasi yang berlangsung tenang itu ditutup dengan doa bersama yang juga diikuti oleh Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Imam Iwan Susilo dan Dandim 1207 Pontianak Kol. Inf Jacky Ariestanto. Menjelang setengah 3 massa membubarkan diri.
Jam 4 sore, giliran massa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berkumpul di Taman Digulis Untan. Massa HMI yang juga berjumlah sekitar 100 orang tersebut kemudian bergiliran berorasi menyampaikan aspirasinya.
“Ini merupakan instruksi dari PB HMI yang meminta seluruh cabang se-Indonesia untuk turun ke jalan,” ujar Fazrul Rahman Lubis, Ketua Cabang HMI Pontianak. “Kita mengawal agar berjalan penegakan hukum seadil-adilnya,” tambahnya. Ia juga menegaskan bahwa tema aksi dari HMI kali ini adalah Menjaga Keutuhan NKRI.
Fazrul juga menegaskan bahwa tidak ada isu makar dalam aksi 212 ini. “Tidak ada aksi makar itu, lihat saja hari ini tidak ada statemen seperti itu, secara nasional juga PB HMI mengikuti instruksi ulama, jadi itu isu yang tidak benar,” ujarnya. Tegas dia, sejak berdiri, HMI senantiasa berkomitmen menjaga keutuhan NKRI.
Beberapa anggota HMI menyampaikan orasinya. Poster berisi berbagai pesan turun dipampangkan. Diantaranya menyerukan penegakan keadilan, menjaga keutuhan NKRI serta ajakan menjaga kerukunan beragama. Menjelang jam 5 sore, massa menutup aksi dengan doa bersama, kemudian membubarkan diri dengan tertib.
Petugas dari berbagai elemen tampak berjaga sepanjang berjalannya aksi. Mulai dari pihak kepolisian, TNI hingga personil Dishub kota Pontianak. Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Iwan Imam Susilo mengapresiasi kedua aksi yang berjalan damai dan tertib.
“Kita sudah koordinasi dengan pihak-pihak, jadi memang hari ini bukan hanya aksi damai, tapi juga super damai,” ujar Iwan.
Dia yakin bahwa masyarakat bisa melihat keseriusan Polri dalam menangani kasus penistaan agama ini. Ia juga berterima kasih karena masyarakat yang menggelar aksi bersedia untuk bersama menjaga ketertiban.
“Karena tanggal 2 desember ini momen yang sangat sensitif, dan kita khawatirkan kejadian 4 november lalu,” tambah Iwan. Pihaknya sendiri mengaku telah berkoordinasi dengan semua pihak dan sepakat bahwa Pontianak harus aman.
“Karena targetnya bukan Pontianak rusuh, tapi penegakan keadilan,” tambah Iwan yang disambut teriakan sepakat oleh massa peserta aksi.
Menanggapi arak-arakan kendaraan berat yang berkeliling di beberapa ruas jalan Pontianak dalam beberapa hari belakangan, Iwan menolak jika hal tersebut dianggap berlebihan. “Tidak perlu melihat seperti itu, dalam menjaga kamtibmas harus menyiapkan berbagai kemungkinan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa hal tersebut merupakan antisipasi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. “Kemarin di Jakarta, aksinya damai tapi ketika sudah di susupi, kita tidak tahu, ini yang kita antisipasi,” tambahnya.
Iwan juga menegaskan bahwa jika ada aksi anarkis bahkan penjarahan maka ia tidak segan-segan menindak tegas. “Karena yang seperti ini saya yakin bukan perjuangan umat islam, ini kriminal dan akan saya tindak tegas,” tegasnya.
Senada, Dandim 1207 Kol Inf Jacky Ariestanto. Ia yang juga hadir di Digulis menegaskan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian terkait pengamanan. “Kita kan sifatnya mengamankan saja jika dibutuhkan oleh pihak kepolisian,” ujarnya.
Namun ia meyakinkan bahwa pihak TNI selalu siap dikesatuannya jika bantuan pengamanan memang dibutuhkan. Jacky juga menegaskan bahwa pihaknya juga rutin melaksanakan patroli dalam upaya menjaga kamtibmas di Kota Pontianak.
“Ini untuk memberikan rasa aman di masyarakat,” ujarnya.
Jacky menyambut baik berjalannya dua aksi di hari tersebut yang menurut pantauannya tertib dan kondusif. “Semoga tetap aman sampai akhir,” pungkasnya.
Sementara itu, Tokoh Pemuda dan Masyarakat Pontianak Utara, H. Muhammad Fauzi dihubungi Rakyat Kalbar, Jumat (2/12). Ia mengikuti Aksi Damai Bela Islam Jilid III langsung di Monas, Jakarta.
“Damainya aksi ini membuktikan kepada dunia bahwa Islam cinta damai. Kita juga bisa membuktikan kepada pemerintah bahwa umat Islam tidak anarkis tidak melakukan makar dan jutaan umat melakukan aksi dengan berdoa dengan tertib,” ungkap Fauzi.
Imbuh dia, ”Sehingga terjawab kegelisahan pemerintah, ini membuktikan yang sebenarnya bahwa umat Islam cinta damai dan berdoa untuk bangsa ini”.
Fauzi sendiri menyesalkan langkah kepolisian yang melakukan penangkapan terhadap 10 aktivis. “Ini tentunya bisa melukai umat muslim. Permasalahan awal adalah persoalan ahok. Maka dari ini agar cepat diselesaikan dan tegas. kita berharap aparat fokus yang utama bukan persoalan yang baru supaya tidak ada upaya pelemahan hukum,” terangnya.
Sementara itu, Awaluddin Razab warga Kota Pontianak yang tergabung dalam Komunitas Hafizh On The Street (HOTS) mengatakan, aksi hari ini luar biasa. pesertanya, para ulama, semua luar biasa. “Bisa disaksikan seluruh peserta Aksi Bela Islam sangat patuh dengan komando ulama. begitu tertib, rapi duduk dalam baris shaf yang teratur,” ujarnya, dari Jakarta.
Ia menjelaskan, dari jam 1 malam jamaah sudah ambil posisi di Monas, Salat Subuh hingga selesai aksi tak seorang pun yg meninggalkan tempat. “Aksi bela Islam jilid 3 benar-benar dibuktikan sebagai aksi super damai karena sepanjang acara isinya tausyiah yang meneguhkan iman,” tegasnya.
Laporan: Iman Santosa dan Isfiansyah
Editor: Mohamad iQbaL