21 Tahun Jadi Pengrajin Pokok Telok, Orderan Hingga dari Luar Pontianak

POKOK TELOK. Dayang sedang membuat Pokok Telok di Gang H. Ali Jalan Imam Bonjol Kecamatan Pontianak Tenggara, Sabtu (29/10). Gusnadi-RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Bagi komunitas Melayu, Pokok Telok alias pohon telur tentu tidak asing lagi. Pasalnya, Pokok Telok sering dijumpai saat acara hantaran pernikahan.

Tidak banyak orang yang pandai membuat Pokok Telok. Bahkan, kerajinan ini lebih didominasi para orangtua. Salah satunya Dayang. Warga Gang H. Ali Jalan Imam Bonjol Kecamatan Pontianak Tenggara ini sudah 21 tahun menjadi pengrajin Pokok Telok.

Di samping menyalurkan hobi dan mengisi waktu luang, kegiatan nenek 51 tahun ini mampu mendongkrak perekonomian keluarga. Usahanya itu turut membantu sang suami yang menjadi juru parkir dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Dalam membuat Poko Telok, Dayang lebih banyak menggunakan bahan-bahan bekas yang dikumpulkannya dari sisi-sisa belanja sehari-hari. Melalui tangan terampilnya, barang bekas tersebut menjadi kerajinan yang indah.

“Kalau barang baru mau berapa lagi modalnya. Sedikit-sedikit kotak bekas hingga membeli peralatan kita gunakan dalam membuat Pokok Telok,” kata Dayang kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (29/10) ketika ditemui sedang membuat Pokok Telok di kediamannya.

Harga yang ditawarkan Dayang pun relatif murah. Ini lah yang membuang Dayang tak sepi orderan. Setiap harinya ada saja yang memesan Pokok Telok buatannya. Tidak hanya dalam kota, bahkan orderan datang dari daerah-daerah lainnya di Kalbar.

Saking banyaknya, Dayang pun kerap kewalahan memenuhi pesanan. Ia terpaksa meminta bantuan sanak saudara dan tetangga. “Per tangkai hanya Rp6 ribu, kalau satu pokok Rp200 ribu. Kami tidak menawarkan harga yang mahal, ambil untungnya pun cuma sedikit, yang penting orang bisa berlangganan terus menerus,” tuturnya.

Minimnya modal usahanya tersebut, Dayang pun meminta uang muka untuk pemesan Pokok Telok. Uang tersebut ia pergunakan untuk membeli bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang diperlukan.

“Padahal saya tidak pernah promosi. Mungkin dari mulut ke mulut dan pelanggan yang sudah memesan, jadi kerajinan saya bisa menyebar ke mana-mana,” jelasnya.
Walau dengan modal terbatas, tidak membuat surut Dayang menggeluti kerajinan Pokok Telok ini. Ia sebenarnya berharap dapat mengembangkan usahanya tersebut, hanya saja terkedala dengan modal.

“Sampai sekarang saya masih menggunakan modal sendiri, belum pernah mendapat bantuan. Mungkin saya juga tidak tahu bagaimana cara mengajukan dana agar usaha saya ini bisa berkembang. Tentu saya sangat berharap sekali ada bantuan untuk usaha saya ini,” harapnya.

Laporan: Gusnadi

Editor: Arman Hairiadi