eQuator – Pontianak-rk. Pada tahun 2016, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kalbar, menargetkan penerimaan pajak sebesar 7.057 triliun. Artinya naik 37 persen dari realisasi 2015. Untuk mendukung serapan ini, terdapat lima sektor potensial yang menjadi target penerimaan pajak.
“Diantaranya, pertama di sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 22,40 persen. Kedua, sektor konstruksi sebesar 14,05 persen. Ketiga, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 13,67 persen. Keempat, sektor administrasi pemerintahan sebesar 12,20 persen. Kelima, pada sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 10,93 persen,” terang Kepala Bidang Humas Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kalbar, Taufik Wijiyanto, usai press conference penyerahan tangungjawab dan barang bukti hasil penyelidikan tindak pidana bidang perpajakan di Kantor Kejati Kalbar, Kamis (14/1) kemarin.
Dijelaskan dia, jika secara nasional realisasi pendapatan pajak tahun 2015 tercapai 82 persen atau Rp1.061 triliun dari target Rp1.294 triliun. Maka untuk Wilayah Kalbar sendiri seperti yang dilaporkan oleh Kanwil DJP Kalbar, hanya tercapai 79,55 persen atau Rp5,1 triliun dari target 100 persen atau Rp6,4 triliun.
Kendati tak capai target, namun menurut Taufik, ini sudah cukup menggembirakan. Jika dibandingkan tahun 2014 lalu, pertumbuhan pendapatan pajak hanya 4,2 persen. Sementara 2015 tumbuh sebesar 5,1 persen. “Dengan pertumbuhan ini DJP Kalbar masuk rangking ke 7 dari 33 DJP yang ada se-Indonesia, secara prestasi kita tidak jelek-jelek amat. Ini angka terbaik yang pernah dicapai,” katanya.
DJP Kalbar, kata dia, sebenarnya diminta menggenjot pertumbuhan hingga 56 persen. Namun karena dengan pertimbangan perekonomian yang kian lesu, maka DJP tidak mau memaksakan diri. “Kasihan wajib pajak dalam kondisi ekonomi seperti ini. Kita bahkan pada tahun 2015 juga sudah memberikan diskon untuk pajak bagi revaluasi aktiva tetap. Dari 10 persen menjadi 3 Persen. Kalau tahun ini, untuk semester satu tarifnya 4 persen, semester 2 tarifnya 6 persen. Nanti masuk tahun 2017 balik lagi 10 persen,” demikian Taufik. (fik)