2016, Dinkes Ajukan Rp74 Milyar

Posyandu Lansia di desa Sami, kecamatan Bonti. Satu di antara bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah pada masyarakat--kiram akbar

eQuator – Sanggau-RK. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sanggau mengajukan anggaran Rp74 milyar untuk tahun 2016. Sejumlah rencana strategis (renstra) pun sudah disusun, guna mewujudkan visi ‘Sanggau Sehat’.

Kadinkes Sanggau, Jones Siagian menyebutkan lima misi yang usung. Pertama, meningkatkan jangkauan untuk pelayanan kesehatan. Kedua, meningkatkan kuantitas sumber daya tenaga kesehatan. Ketiga, meningkatkan sistem informasi daerah. Keempat, meningkatkan sarana dan prasaran pelayanan. Kelima meningkatkan program-program pencegahan penyakit menular dan tidak menular.

“Kita ingin semua Puskesmas terakreditasi, kemudian terkait tenaganya kita akan memberikan seperti training untuk meningkatkan kompetensi,” katanya.

Jones juga mengaku Dines berupaya mendekatkan jangkauan fasilitas kesehatan pada masyarakat. Caranya dengan membangun baru atau merelokasi fasilitas kesehatan, Puskesmas, Polindes maupun Pustu.

“Kita kemungkinan akan relokasi, mungkin karena tempatnya tidak strategis dengan pemukiman. Tapi kalau kita lihat dari rasio jumlah penduduknya itu perlu kita tambah, akan kita tambah, atau untuk daerah yang geografisnya sulit,” terang Jones.

Untuk jumlah bidan dan perawat, Jones mengaku kabupaten Sanggau sudah hampir ideal. Artinya dari 40 ribu penduduk, setidaknya ada 40 bidan dan perawat. “Tapi kalau melihat kondisi geografis kita yang agak sedikit sulit, tidak bisa juga semata-mata kita gunakan rasio itu. Tapi kita kombinasikanlah antara rasio dengan kondisi geografis,” jelasnya.

Namun untuk tenaga kesehatan tertentu seperti perawat gizi, tenaga gizi, kesehatan lingkungan dan tenaga laboratorium, diakuinya masih sangat minim.

Meski lebih banyak pada anggaran fisik, bukan berarti mengambaikan kegiatan-kegiatan non fisik seperti penyuluhan, promosi kesehatan yang bertujuan untuk mengubah mindset (pola pikir) masyarakat. “Seperti termasuk imbauan jangan buang air besar (BAB) sembarang. Kalau fisik, asal ada uang relatif bisa kita bangun,” imbuhnya.

Lalu berapa anggaran idealnya? Jones mengaku sulit menjawabnya. Menurutnya anggaran tak akan optimal jika tak didukung sumber-sumber lain. “Contohnya jalan dan jembatan tak ada. Berapapun kita gelontorkan uang pelayanan, kalau jalan dan jembatannya tak ada, bagaiman? Makanya sulit untuk menentukan Rupiahnya. Perlu sinergi dengan sumber-sumber lain,” pungkasnya. (KiA)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.