-ads-
Home Ekonomi 2016, Bangun Kawasan Perumahan Subsidi Type 36 untuk Masyarakat Menengah ke Bawah

2016, Bangun Kawasan Perumahan Subsidi Type 36 untuk Masyarakat Menengah ke Bawah

Endri, Amd/Pengusaha Properti

Gonta-ganti bisnis dan gagal merupakan bagian dari perjalanan hidup dan karir Endri dalam menjalani bisnis. Pria kelahiran Sungai Jaga A, 8 Oktober 1982 silam ini tak pernah menyerah. Gelar pendidikan D3 Komputer yang disandang Endri membawanya terjun bekerja sebagai karyawan teknisi komputer di toko komputer CV Cahaya Muda 2005 silam.

Sampai awal 2012, dirinya memutuskan resign dari pekerjaannya dan memulai bisnis online sendiri. Namun sayangnya ketika bisnis online inilah dia jatuh. Namun Endri segera bangkit dan menangkap peluang di bisnis properti yang bergerak di kavlingan tanah dan perumahan.

Seperti apa cerita selanjutnya mengenai pria yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kalbar dan Asosiasi Manajemen (AMA) Indonesia ini. Seperti apa dirinya menjalani proses membangun usahanya? Berikut wawancara selengkapnya bersama wartawan Rakyat Kalbar.

-ads-

+Bisa Anda jelaskan seputar usaha properti yang dijalankan serta sejak kapan Anda memulainya?

-Usaha properti ini awalnya perorangan, sejak 2012 usaha saya bergerak di bidang kavlingan tanah secara cash dan kredit. 1 April 2013, berdirilah akte pendirian perusahaan yang bernama CV Green Pesona Jaya yang beralamat di Jalan Tanjung Raya 2, ruko nomor 8 samping SPBU.

+Secara umum apa motivasi Anda terjun ke dunia usaha? 

-Motivasi saya terjun di dunia properti karena memang dari dulu saya suka investasi tanah dan pada akhirnya hobi saya itu bisa menjadi bisnis. Bisnis properti sangat menjanjikan, karena harga properti tidak pernah turun, yang pasti tiap tahun harga properti naik terus.

+Secara khusus, apa alasan Anda memilih usaha di bidang properti?

-Secara khusus bisnis properti merupakan bisnis jangka pendek dan jangka panjang serta bisa membackup bisnis lainnya.

+Bagaimana pandangan Anda mengenai prospek usaha properti saat ini?

-Saat ini bisnis properti sedikit melemah karena perekonomian masyarakat Indonesia, khususnya Kalbar melemah. Karena bahan komoditi unggulan Kalbar harganya jatuh. Seperti kelapa sawit dan karet serta perusahaan pertambangan banyak yang tutup. Maka dari itu, daya beli masyarakat melemah dan berdampak pada penjualan properti.

+Kalau boleh tahu, daerah-daerah mana saja yang menjadi target lokasi properti Anda dan tipe berapa saja yang ditawarkan?

-Awal 2014, baru saya memulai pembangunan perumahan di Kota Pontianak. Yaitu dua unit bangun di Parit H Husein (Paris) 1 dengan tipe 60 yang pada awalnya bisnis hanya bergerak di kavlingan tanah.

Perumahan yang saya bangun hanya di seputaran Kota Pontianak, paling banyak di Paris 1 dan sampai sekarang sudah 16 unit yang saya bangun di sana. Kemudian, di Tanjung Raya 2, ada 4 unit tipe 45. Itu sudah sold out (terjual).

+Berapa harga yang Anda tawarkan kepada konsumen?

-Semua harga properti yang saya bangun, mulai dari Rp250 juta-Rp500 juta per unit. Dengan berbagai macam tipe komersil.

+Bagaimana cara konsumen membeli properti dan kemudahan apa saja yang Anda tawarkan kepada konsumen?

-Pembelian perumahan bisa cash dan kredit lewat bank BTN. Konsumen membeli pembayarannya lewat CU. Kemudahan yang diberikan pada saat konsumen membeli yaitu deposit bisa dicicil sampai 6 bulan.

Target saya tahun ini akan membangun kawasan perumahan subsidi type 36 bagi masyarakat menengah ke bawah. Seperti yang dicanangkan pemerintah dalam program 1 juta rumah.

+Apa hambatan melakoni usaha ini?

-Hambatan yang dihadapi yaitu permodalan. Karena modal sangat minim sehingga memperlambat pertumbuhan perkembangan bisnis dan juga masalah regulasi yang agak lamban dalam pengurusan berkas. Dari pihak Perbankan yang lamban memproses berkas nasabah yang masuk.

+Selama menjalani usaha apakah Anda pernah gagal?

-Selama menjalankan bisnis perumahan belum pernah saya mengalami kegagalan yang sangat berat. Kecuali sebelumnya, saya pernah jatuh di bisnis online.

Reporter: Fikri Akbar

Redaktur: Andry Soe

Exit mobile version