eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Narkoba menjadi musuh bersama. Butuh keterlibatan semua pihak memberantas peredaran gelap narkoba.
Penjabat (Pj) Gubernur Kalbar Dodi Riyadmadji menuturkan, pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota akan terus mendukung pihak kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam pemberantasan narkoba. Karena narkoba sudah menjalar sampai ke semua tingkatan. “Kita ingat beberapa hari lalu anak membeli permen ternyata mengandung narkoba, itu membahayakan bagi generasi kita,” ujarnya usai menghadiri peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2018 di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Kamis (12/7).
Dirinya pun mengapresiasi kinerja Kapolda dan BNNP Kalbar yang telah menunjukkan prestasi bagus dalam rangka pemberantasan narkoba. Belum lama ini ada penangkapan narkoba yang cukup mantap di Kalbar. “Melalui tangkapan itu diharapkan akan semakin berkurang,” harap Dodi.
Sementara itu, Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono mengatakan, berdasarkan hasil penyelidikan dan penyidikan, sebagian besar narkoba yang masuk di Kalbar berasal dari Malaysia. Kendati begitu, ia memastikan pihaknya telah melakukan langkah antisipasi untuk mengatasi peredaran narkoba dari jalur perbatasan.
“Sudah kita ungkap beberapa jaringan. Namun belum selesai. Oleh karenanya mari sama-sama. Kalbar harus zero dengan narkoba, kita pasti bisa,” tegasnya.
Berdasarkan data kepolisian, jumlah narkoba yang tertangkap tahun ini mengalami penurunan. Akan tetapi jumlah tersangka yang ditangkap masih banyak. Seperti pada periode Maret-Juni 2018 ada 23 orang yang ditangkap Polda Kalbar. Dua orang diantaranya meninggal dunia karena tindakan tegas. Sedang tiga orang berjenis kelamin wanita.
“Karena yang kita tangkap berangkatnya dari kecil-kecil dulu. Tapi kalau digabungkan dengan tangkapan BNN sudah puluhan kilo tangkapan di tahun 2018 ini,” tandas Didi.
Ditambahkan Wakil Kepala BNN Kalbar Ekasurya Agus, pada 2017, BNN dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia telah melakukan survei nasional terkait penyalahgunaan narkoba di 34 provinsi. Khusus untuk Kalbar, penyalahgunaan Narkoba sebesar 1,57 persen dari total penduduk. Atau sekitar 56.424 orang pada kelompok usia 10-59 tahun.
Selain itu, secara nasional terdapat 12.000 orang meninggal sia-sia setiap tahun akibat penyalahgunaan narkoba. “Tapi angka ini mengalami penurunan dari tahun 2015 sebesar 1,87 persen,” ujarnya.
Kendati begitu, ini berbanding terbalik dengan semakin meningkatnya besaran pengungkapan kasus tindak pidana narkotika dari tahun ke tahun. Menurutnya hal itu disebabkan oleh penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di tengah-tenagah masyarakat menunjukkan kecenderungan semakin meningkat dengan korban yang meluas. “Terutama di kalangan anak-anak dan remaja,” katanya.
Namun, peredaran narkotika ini juga menyasar oknum Aparatur Sipil Negara (ASN), prajurit TNI, anggota kepolisian, kepala daerah, hingga di lingkungan pesantren. Akses internet yang mudah juga menjadi faktor meningkatnya peredaran gelap narkoba. Munculnya jenis-jenis narkoba baru turut menambah tantangan dan hambatan dalam upaya menanggulangi permasalahan barang haram ini.
Berdasarkan data yang dikeluarkan UNODC dalam World Drug, sejak tahun 2009 sampai dengan 2016, telah terdeteksi sebanyak 739 narkoba jenis baru yang beredar di dunia. “Dan 71 jenis sudah beredar di Indonesia,” jelas Agus.
Laporan: Rizka Nanda
Editor: Arman Hairiadi