Penjaga Tambak Tewas Diserang Buaya 5 Meter

TERKULAI : Buaya yang diamankan di Mapolres Tarakan, Kalimantan Utara pada Senin (1/2) tak berdaya di atas bak mobil. Leher bagian atasnya terluka parah dengan keempat kaki yang terikat tambang.

eQuator.co.id – TARAKAN – Niat mencari kepiting, penjaga tambak Samma (43), warga RT 16, Kelurahan Selumit Pantai, harus meregang nyawa lantaran menjadi korban keganasan buaya muara dengan panjang lima meter. Peristiwa tersebut terjadi Senin (1/2) sekitar pukul 03.00 wita dini hari, di Tanjung Buku, Kabupaten Bulungan.

Samma yang merupakan penjaga tambak milik Sakka ini diketahui sering mencari kepiting mulai malam hingga subuh hari. Pada malam naas tersebut, Samma sedang mencari kepiting di tambak milik Cikadang, yang tak jauh dari lokasi tempatnya menjaga.

Saat mencari kepiting, korban yang hanya membawa senter mulai memeriksa tanggul untuk melihat apakah ada kepiting yang tersangkut atau tidak. Namun kejadian tak terduga menerpanya. Buaya dari dalam tambak sepanjang lima meter langsung menyergapnya.

“Hampir setiap malam mencari kepiting. Namun baru kali ini sampai kejadian dimakan buaya,” ungkap Muin (57), yang juga merupakan penjaga tambak sekaligus saksi mata saat ditemui Radar Tarakan di Polres Tarakan, Senin (1/2).

Pada saat kejadian, Muin sempat mendengarkan teriakan seseorang yang meminta pertolongan. Namun karena waktu itu masih gelap, Muin tidak melihat apa-apa selain mendengar suara teriakan minta tolong tersebut. “Saya tidak tahu dari mana arah suaranya,” ucap Muin.

Senada dengan Muin, Sadong (40) yang juga penjaga tambak mengaku sempat mendengar suara teriakan meminta tolong. Saat itu Sadong sedang berada di dalam pondoknya. Iapun langsung berlari keluar untuk melihat keadaan sekitar, namun karena masih gelap, Sadong juga tidak melihat apa yang sedang terjadi. “Waktu kejadian saya belum tidur dan sedang berada di dalam pondok. Saya langsung keluar waktu mendengarkan suara teriakan. Tapi masih gelap,” paparnya.

Muin pun menceritakan perihal yang didengarnya ini kepada Sadong.

Sadong pun terkejut karena juga mendengar hal yang sama. Sekitar pukul 06.00 pagi, mereka kemudian bersama-sama mencari tahu apa yang terjadi sekitar pukul 03.00 saat itu.

Mereka juga mencari Samma untuk mengajak melihat kejadian itu. Namun Samma tidak terlihat lagi. Mereka pun tetap melanjutkan pencarian sumber teriakan tersebut.

Saat memeriksa di seputaran tanggul milik Sakka, mereka mendapati ada bekas jejak kaki manusia dan buaya. “Ada dugaan saat kejadian, Samma berada di tanggul, langsung diterkam buaya di bagian kaki sebelah kanannya. Setelah itu langsung diseret ke dalam tambak yang masih berisi air,” kata Sadong.

Khawatir dengan keberadan Samma, para penjaga tambak ini langsung berinisiatif mengeringkan tambak, yang saat itu masih terisi penuh oleh air.

“Saat tambak sudah benar-benar kosong, yang kami lihat Samma sudah meninggal dunia dengan luka bekas gigitan di kaki sebelah kanan, di bagian betis hingga telapak kaki sudah hilang dimakan buaya. Bagian perut juga sudah robek dengan isi perut sudah kosong. Selain itu sebagian tubuh Samma sudah tertanam di dalam lumpur,” ungkap Muin.

Saat itu, buaya yang menggigit Samma masih berada di sampingnya. Namun waktu itu yang diutamakan adalah bagaimana caranya mengevakuasi jenazah tersebut untuk segera dibawa ke Tarakan untuk dikebumikan.

“Lebar buayanya kami perkirakan panjangnya 5 meter dan lebar 80 centimeter. Sempat kami usir untuk menarik jenazah agar bisa dibawa ke Tarakan. Setelah itu baru dilakukan pengejaran buayanya,” tuturnya.

Untuk menaklukkan buaya ini, penjaga tambak langsung menghubungi semua rekan mereka yang berada di Tarakan. Alhasil, mulai pukul 10 pagi, sekitar 100 orang penjaga tambak langsung memenuhi lokasi kejadian menggunakan 10 speedboat dari Tarakan.

Untuk melumpuhkan buaya yang besar ini, warga akhirnya membacok bagian kepala buaya dengan senjata tajam.

Dan sekitar pukul empat sore kemarin, buaya yang berhasil dilumpuhkan warga langsung dibawa ke Tarakan dan tiba di halaman Polres Tarakan sekitar pukul 18.00 Wita.

DEMI LIHAT BUAYA, RATUSAN WARGA PENUHI KANTOR POLISI

Tak ingin ketinggalan, ratusan warga mulai terlihat memadati kantor Polres Tarakan sejak sore hingga malam tadi. Buaya reptil dengan bobot sekitar 100 kilogram dengan panjang 5 meter ini menjadi tontonan gratis masyarakat Tarakan. Buaya tersebut diletakkan di atas mobil bak terbuka.

Buaya yang sudah mati, namun terlihat masih bergerak ini diikat dengan tali. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, polisi membatasi warga yang masuk ke halaman kantor polisi.

Salah satunya Jumadi (35), warga kelurahan Sebengkok ini rela datang menggunakan sarung demi melihat buaya pemangsa tambak tersebut. “Katanya ada buaya, jadi saya langsung pakai sarung untuk melihat buaya, karena ini pertama kalinya saya melihat buaya,” ujarnya.

Tak jauh beda dengan Jumadi, Sri (25) seorang ibu rumah tangga ini rela meminjam motor tetangganya untuk melihat buaya, karena ia baru tahu setelah mendengar ibu-ibu berteriak bilang ada orang dimakan buaya.

“Saya dengar ada orang dimakan buaya, dan buaya itu dibawa ke polres, jadi saya langsung kesini,” katanya.

Banyaknya masyarakat yang ingin melihat buaya tersebut, membuat jalanan di Jl Yos Sudarso padat. Klakson mobil maupun motor terus berdering, namun bisa dikendalikan aparat kepolisian.

Tadi malam, sekitar pukul 19.00 wita, jenazah Samma langsung dimakamkan di Gang 45 Kelurahan Sebengkok. Jenazah diantar ratusan keluarga dan rekan korban.(*/eru/ash)