1051 Porsi Bubur Ikan, Pontianak Pecahkan Rekor

Dimasak Selama Lima Jam, Dikerjakan 60 Chef

PIAGAM ORI. Pontianak Edi Rusdi Kamtono dengan para chef dari BBC menerima penghargaan ORI di area Car Free Day Jalan Ahmad Yani, Minggu (21/10) pagi. Maulidi Murni-RK

Kota Pontianak kembali mencatatkan rekor. Kali ini menempatkan penyajian bubur ikan terbanyak di Original Rekor Indonesia (ORI).

Maulidi Murni, Pontianak

eQuator.co.id – Bubur ikan disajikan sebanyak 1.051 porsi. Makanan khas Pontianak ini disajikan di area Car Free Day Jalan Ahmad Yani, Minggu (21/10) pagi.
Bubur ikan dibuat para chef ini tercatat sebagai rekor baru dan pertama kalinya di Indonesia. ORI merupakan salah satu lembaga pencatat rekor di Indonesia.
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengatakan, pembuatan bubur ikan terbanyak ini merupakan salah satu kegiatan ekonomi kreatif (ekraf). Sebab kuliner menjadi bagian dari subsektor ekraf.
“Banyak bubur ikan di daerah-daerah lainnya, tetapi bubur ikan khas Pontianak memiliki cita rasa tersendiri dan lebih enak,” katanya.
Edi meminta bubur ikan Pontianak ini didaftarkan untuk mendapatkan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelumnya dua jenis kuliner sudah lebih dulu mengantongi sertifikat tersebut. Yaitu Paceri Nanas dan Sayok Keladi. “Itu menjadi hak paten kita, sehingga tidak ada yang boleh mengklaim sebagai makanan khasnya,” tegasnya.
Pemkot akan menggalakkan Pontianak sebagai kota kuliner sehat dan halal. Seperti bubur yang berbahan dasar ikan ini tentu mengandung protein tinggi dan baik untuk kesehatan.

“Saya mengajak para chef, baik yang ada di restoran maupun hotel, ikut terlibat terus melakukan inovasi-inovasi menciptakan kreativitas makanan khas Pontianak,” ajaknya.
Terkait lokasi pusat kuliner, masih tersebar di beberapa kawasan Kota Pontianak. Saat ini, pihaknya sedang mencari lokasi yang representatif untuk pusat kuliner. Diantaranya, Jalan Letkol Sugiyono yang akan dilebarkan jalannya atau di kawasan Pasar Kapuas Indah. Termasuk lokasi-lokasi lainnya untuk dijadikan sentral kuliner. “Sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan untuk menikmati kuliner khas Pontianak,” tutup Edi.
Ketua Umum Borneo Brother Chef (BBC), Dinar Komar menuturkan, sebenarnya sudah lama ingin mengangkat kuliner khas Kota Pontianak agar lebih dikenal masyarakat luas. Akhirnya dipilihlah menu bubur ikan untuk dicatat di ORI. Supaya bubur ikan ini dikenal di luar. “Target kita 1000 porsi, tapi alhamdulillah melebihi target yaitu 1051,”
Ikan yang digunakan merupakan dari lokal, seperti patin. Baik patin sungai Kapuas maupun laut. Proses membuat bubur ikan ini dimasak pada pukul 12 malam. Selesai pagi hari pukul 05.00 WIB. Dengan melibatkan 60 anggotanya di Kota Pontianak
Dinar menjelaskan, kegiatan ini sesuai visi misi BBC. Yaitu mengangkat kuliner khas Pontianak dan mengedukasi seputar kuliner ke masyarakat luas supaya makanan bisa lebih dikenal.
“Yang saya tau, bubur ikan ini terkenal di luar daerah. Tapi belum ada yang mengangkat untuk dijadikan rekor. Tujuan kami mengangkat rekor ini supaya makanan ini lebih dikenal,” lugasnya.

Kenapa harus bubur ikan? Dia menceritakan, ketika mengajukan rekor ini pihaknya bertemu dengan Wali Kota Pontianak. Lalu mereka diberi beberapa pilihan. Apakah saprahan terpanjang, dokok-dokok tertinggi dan bubur ikan terbanyak.
“Masukan dari pak Wali, untuk mengangkat bubur ikan. Karena kalau mau ngangkat saprahan terpanjang mungkin persiapannya mepet dan persiapan harus benar-benar matang. Mungkin tahun depan bisa dilaksanakan,” tuturnya.
Kedepan BBC berencana akan mengangkat kue tradisional. Rencana dalam waktu dekat akan mencatat rekor kue dokok-dokok tertinggi. Jika tidak diselenggarakan di Desember mungkin di awal tahun 2019. (*)

 

Editor: Arman Hairiadi