Sumber Daya IPTEK Nasional Rendah

Muhammad Nasir.JPNN

eQuator.co.id – Minat masyarakat Indonesia menjadi peneliti masih rendah. Terbukti dengan rasio jumlah peneliti yang ada, yakni 1.071/ 1 juta penduduk. Jumlah ini tentu turut mempengaruhi tingkat kesiapan teknologi (TRL) itu sendiri.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Riset Dikti) M. Nasir mengungkapkan, riset Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara lain. Dibandingkan negara-negara Asia, Indonesia duduk diperingkat 43. Sementara, Korea Selatan di nomor 4 Dunia dan Singapura 30.

Hal ini turut dipengaruhi oleh sumber daya itu sendiri. Korea Selatan misalnya, rasio peneliti nyaris 8 kali lipat dari Indonesia. Yakni 8000/1 juta jiwa. Diakuinya, jumlah itu memang paling ideal untuk bisa mengembangkan riset.

”Karenanya, kita terus dorong publikasi riset yang berkualitas. Mahasiswa S2-S3 wajib untuk publikasi Internasional. Kalau tidak, kompetitif kita semakin kurang,” ungkapnya di Jakarta, kemarin (11/11).

Sayangnya, menumbuhkan budaya research itu memang tidak mudah. Potret daya saing di Indonesia berada di urutan 47 dari 140 negara. Begitupun untuk level teknologi readiness level/TRL, Indonesia masih betah di nomor 85 dari 140 negara. Memang, tingkat kesiapan teknologi kita baru berada di tingkat 6 atau 7, yakni demonstrasi model atau prototype sistem/ subsistem dalam lingkungan yang relevan atau demonstrasi prototype system dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya. Masih jauh dari kata siap di tingkat 9, yang menunjukkan tingkat sistem benar-benar   teruji/terbukti   melalui keberhasilan pengoperasian.

”Sebetulnya, menurun sih tidak. TRL kita naik dari 6 menjadi 7. Semua berkembang, tapi kita berkembangnya lambat. Sehingga, di kanca Internasional kita kurang,” paparnya. Tingat 7 ini, lanjut dia, sebetulnya sudah berada di posisi baik. Karena bisa diaplikasikan di tingkat Industri. Oleh sebab itu, pemerintah akan menggandeng industry untuk mendukung riset di Indonesia. Sehingga, riset nasional bisa cepat berkembang.

”Tahun ini bahkan target riset yang memenuhi TRL tinggi sudah lebih dari target, yakni 45 riset,” ujar Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu.

Kementerian Ristek Dikti pun telah melakukan mapping riset di Indonesia bersama dengan dewan riset dan AIPI. Ada Sembilan bidang yang didorong penuh untuk bisa bekermbang cepat, yakni food dan agriculture, health and medicine, information technologi and communication, transportasi, advance material (nano technology), defence technology, renewable energy, maritime, sosial dan humaniora. ”Instruksi bapak presiden agar konsentrasi lebih ke tiga bidang, maritime, pangan dan energy. Tapi semua kita dorong,” ungkapnya. (mia)