Sanggau Dikepung Anjing Gila

Ilustrasi

Sanggau-RK. Sebenarnya, sudah sejak lama Kabupaten Sanggau bebas dari rabies. Tetapi kini terancam. Pasalnya, kabupaten tetangganya, Melawi dan Ketapang diserang penyakit anjing gila tersebut.

“Rabies menjadi ancaman besar, karena kabupaten Melawi dan Ketapang berbatasan langsung dengan Sanggau,” kata H Zawawi, Staf Ahli Bupati Sanggau ketika membuka Sosialisasi Pembebasan Penyakit Rabies di Aula Kantor Bupati Sanggau, Selasa (15/3).

Zawawi menjelaskan, rabies merupakan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) yang menjadi prioritas Nasional selain Avian Influenza, Anthrak dan lain. “PHMS ini harus dikendalikan dan diberantas secara terus menerus, serta berkelanjutan, agar daerah kita terbebas dari penyakit yang mengancam jiwa manusia itu,” paparnya.

Melalui sosialisasi penyakit rabies ini, kata Zawani, maka masyarakat akan mengetahui cara menanggulanginya serta mengurangi tingkat penyebarannya. “Sehingga masyarakat dapat terhindar dari bahaya penyebaran dari penyakit rabies,” harapnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disterkeswan) Kalbar, Drh H Abdul Manaf Mustafa mengungkapkan, Kalbar sekitar sembilan tahun sejak 2005 bebas dari rabies.

Namun, memasuki 2014 muncul Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies di Melawi. Satu tahun berikutnya di Kapuas Hulu. Sekarang mulai menyebar hingga ke Bengkayang.

“Untuk mempertahankan status bebas rabies, perlu adanya zoning wilayah, vaksinasi di wilayah perbatasan, eliminasi anjing liar, pengawasan lalu lintas HPR (Hewan Penular Rabies), sosialisasi, surveilance, optimalisasi komda zoonosis dan URC Keswan,” jelas Manaf.

Dia menjelaskan, gejala rabies pada manusia terdiri atas tiga fase. Pertama, Gelisah, suhu tubuh tinggi, tidak enak badan dan nyeri di bagian muka. Kedua, eksitasi, sensitive terhadap cahaya dan suara, dilatasi pupil dan hipersalivasi. Ketiga, yang lebih parah, yakni menolak makan, hidrofobia, eksitasi, dan berlanjut pada kematian.

“Fakta tentang rabies yang harus kita ketahui adalah tidak dapat diobati. Kecepatan timbulnya gejala penyakit tergantung letak gigitan dari otak, dalamnya luka, kecepatan virus dan pemberian VAR (Vaksin Anti Rabies) bagi penderita sangat membantu,” pungkas Manaf.

Laporan: Darmansyah Dalimunte

Editor: Mordiadi