Pj. Gubernur Optimis Buka Festival Imlek dan Capgome Singkawang

Kekayaan Budaya Lokal, Warisan Turun-temurun

BAKAR HIO. Warga Keturunan Tionghoa membakar hio ketika sembahyang perayaan Imlek Vihara Paticca Samupada di Jalan WR. Supratman, Pontianak, Kamis (15/2). Maulidi Murni-RK

eQuator.co.id – Kalbar-RK. Festival Imlek dan Capgome 2018 Kota Singkawang dimulai. Secara resmi, pembukaan ditandai dengan pemukulan beduk yang dipimpin oleh Penjabat Gubernur Kalbar, Doddy Riyadmadji di Stadion Kridasana, Jalan Kridasana, Kamis (15/2) malam.

Doddy mengatakan, Imlek dan Capgome merupakan perayaan yang selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat Kalbar, khususnya warga etnis Tionghoa. Atraksi naga, tatung dan barongsai menjadi gambaran kultural budaya yang mempunyai daya tarik untuk mendatangkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

“Di sisi lain, Capgome ini bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat sekaligus untuk memberikan rahmat dan rezeki bagi rakyat Indonesia,” katanya.

Imlek dan Capgome kian tumbuh serta berkembang. Ini merupakan kekayaan budaya lokal yang harus terus dilestarikan dan diwariskan secara turun temurun. Di samping itu, wisata harus memiliki akses ke Pemprov Kalbar dan mesti didukung semua elemen masyarakat. Karena untuk pembangunan sektor wisata harus bekerja sama semua pihak.

“Saya yakin dan percaya Festival Imlek dan Capgome dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan, tetapi harus didukung sarana dan prasarana,” tutup Doddy.

Sementara itu, Wali Kota Singkawang, Tjhai Cui Mie mengatakan, masyarakat perlu merasa bangga lantaran perayaan Imlek dan Capgome di wilayah yang dipimpinnya dikatakan sebagai event terbesar di Indonesia. Event Imlek dan Capgome Kota Singkawang sudah menjadi agenda tetap Kementerian Pariwisata RI. Bahkan banyak prestasi yang pernah tercatat Musium Rekor Indonesia (MURI). Seperti lampion terbanyak, yaitu 10.895 lampion pada 2009. Kemudian tahun 2010, pawai tatung sebanyak 777 peserta juga pecahkan MURI.

“Ada pula MURI lampion terbesar tahun 2011, MURI kue keranjang terbesar pada 2011, MURI replika tembok China terbesar tahun 2012, rekor MURI naga terpanjang di Indonesia sepanjang 178 meter tahun 2017,” paparnya.

Sejumlah prestasi yang pernah dicapai kata dia, merupakan kebanggaan seluruh masyarakat Kota Singkawang. “Karena semua pihak berkomitmen bersama-sama mewujudkannya,” lugas Tjhai Cui Mie

Saat membuka acara, Doddy melakukan pemukulan beduk didampingi Pangdam XII Tanjungpura Mayjend TNI Achmad Supriyadi, Kapolda Kalbar Irjend Pol Didi Haryono, Danrem 121 Alambhanawanai Brigjen TNI Bambang Ismawan, Wali Kota Singkawang Tjhai Cui Mie serta Forkompimda Singkawang. Kegiatan juga dilakukan pemotongan pita gerbang replika Tiannanmen dan jembatan kaca Thai Phin San, serta digelar tarian nusantara.

Di ibu kota provinsi Kalbar, saat perayaan Imlek dan Capgome, masyarakat diimbau menjaga suasana Kota Pontianak agar tetap kondusif. Warga yang merayakan Imlek maupun tidak untuk saling menghargai.

“Jaga kondisi tetap tenang, tidak ada masalah,” kata Penjabat Sementara (Pjs) Kota Pontianak Mahmudah, Kamis (15/2).
Menurutnya, mereka yang merayakan Imlek juga merupakan warga Kota Pontianak dan Indonesia. Oleh karenanya, berikan rasa aman, nyaman kepada seluruh warga Kalbar khususnya Kota Pontianak. Sedangkan terkait adanya agenda arakan naga, Mahmudah mengajak untuk mempertimbangkan warga lainnya. Paling tidak menjaga jangan sampai terjadi kemacetan. Sebab lokasinya sudah diatur Pemkot dan kepolisian.
“Yang tidak merayakan juga tidak merasa terganggu dan yang merayakan merasa aman dan nyaman. Karena diberikan keleluasan tanpa mengganggu orang lain yang tidak merayakan, semoga tetap berjalan dengan keadaan yang aman dan nyaman,” tutup Mahmudah.

Sementara itu, warga keturunan Tionghoa sudah ramai mengunjungi klenteng untuk melaksanakan sembahyang dalam rangka menyambut Imlek 2569. Salah satu klenteng tertua di Kota Pontianak, Vihara Paticca Samupada di Jalan WR. Supratman. Lebih dari 50 lilin raksasa tersusun rapi di Vihara yang kurang lebih berusia 400 tahun tersebut. Asap dari lilin dan dupa atau hio yang dibakar mengepul di dalam klenteng.

“Dari pagi udah ada yang silih berganti, nanti tutupnya sampai jam 12 siang besok, yang datang itu sembahyang bakar dupa, lilin sambil minta doa selamat, rezeki, dan lancar dagangnya,” kata Ketua Vihara Paticca Samupada, Herison Hermanto, Kamis (15/2) malam.

Pria 76 tahun ini mengatakan, segala persiapan sudah dilakukan seperti lilin, hio atau dupa dan kertas bakar. Untuk menyiapkan itu semua diperlukan waktu sekitar dua hari sebelum perayaan Imlek. Pihaknya pun menambah satu orang petugas.

“Pengurus ada lima orang, ada juga yang bantu-bantu. Lilin dari orang memberi lalu kita tata. Kalau tidak mana bisa kita ngaturnya, kan banyak ini. Paling besar harganya kurang lebih tiga juta,” cerita Herson yang sudah 40 tahun menjaga klenteng.

Satu dari warga yang melaksanakan sembahyang Imlek adalah Acun. Pria yang berdomisili di Jalan Martadinata ini selalu mendatangi Vihara Paticca Samuppada saat menyambut Imlek. Sembari berdoa dan membakar dupa ia juga mengisi minyak di wadah yang telah disiapkan.

“Tak ada tujuan apa-apa hanya untuk penerangan saja, kita ke sini untuk sembahyang mohon kesehatan, rezeki yang lebih baik lagi,” tutup Acun. Sementara itu, kepolisian meminta tidak ada lagi yang menjual petasan. Dengan begitu, masyarakat tidak ada alasan untuk memainkan atau menyalakan petasan. Imbauan ini tak hanya berlaku sepanjang perayaan Imlek dan Capgome, melainkan juga untuk perayaan lainnya.

Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Muhammad Husni Ramli menerangkan, imbauan yang dikeluarkan mengacu pada Undang-undang (UU) Darurat Tahun 1951, Pasal 359 dan 188 KUHP serta Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 2 tahun 2008 tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Pengamanan Bahan Peledak Komersial.

“Jadi, kita minta tidak ada lagi yang menjual maupun memainkan petasan. Jika ada tentu akan kita amankan,” tegas Husni saat ditemui di ruangannya, Jumat (16/2).

Untuk menjalankan aturan itu, lanjut Husni, pihaknya akan terus melakukan penyelidikan terkait ada atau tidaknya penjualan petasan. “Sejauh ini, kita belum menemukan permainan petasan, melainkan hanya kembang api saja,” terang dia.

Husni mengatakan, selain diatur dalam UU dan Perkap, permainan petasan juga berbahaya bagi orang yang menyalakan atau yang berada di sekitarnya. “Sudah ada beberapa kasus permainan petasan, maka dari itu kita tidak ingin terjadi lagi di daerah kita,” katanya.

Ia melanjutkan, tugas pengawasan penjualan dan permainan petasan berada pada fungsi satuan kepolisian yang lainnya. Yakni di bidang intelkam. “Kalau kita di Reskrim untuk melakukan penindakan atau proses hukum,” tegasnya.

Meski tidak dilarang, Husni mengimbau masyarakat untuk tidak memainkan/menyalakan kembang/bunga api di sembarang tempat untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

“Intinya, petasan dilarang. Jangan menjual atau ada yang memainkan. Jika kita temukan, pasti ditindaklanjuti dengan tupoksi yang kita miliki. Kalau kembang api, diharapkan tidak bermain di sembarang tempat,” imbaunya.

Husni juga meminta masyarakat aktif dalam memberikan informasi jika mengetahui adanya penjualan petasan. “Informasikan saja kepada kita, pasti kita tindaklanjuti,” pungkasnya.

Beralih ke Sekadau, malam perayaan Imlek 2569 diwarnai hujan lebat, Kamis (15/2). Beruntungnya, hujan tidak berlangsung lama.

“Kalau hujan turun, itu malah bagus,” kata, Ketua Panitia Pelaksana Perayaan Imlek 2569 Sekadau, Ateng.

Hujan yang turun mulai pukul 20.00 WIB itu, hanya berlangsung sekitar 30 menit. Meski sempat membuat sejumlah warga kewalahan, namun mereka tetap bersyukur.

“Kita malah bersyukur. Sebab dalam kepercayaan kami masyarakat Tionghoa, hujan membawa rejeki. Yang penting hujannya tidak lama,” tambah Ateng.

Di Sekadau, perayaan Imlek di pusatkan di halaman rumah duka Yayasan Bhakti Suci di Jalan Irian, Kota Sekadau. Acara diisi dengan atraksi barongsai, karoke dan acara lainnya.

 

Laporan: Suhendra, Maulidi Murni, Achmad Mundzirin, Abdu Syukri

Editor: Arman Hairiadi