Pernah Berjuang Bersama Soedarso dan Ali Anyang

eQuator – Indonesia kembali kehilangan salah seorang pejuang yang pernah berupaya mencegah penjajah Jepang maupun Belanda masuk melalui Kalimantan Barat. Wafat pada usia 93 tahun, Jumat (13/11), Hamnah Binti M. Amin, menyusul suaminya, Saleh Jamaludin, yang meninggal dunia pada tahun 1976. Saleh juga pejuang kemerdekaan.

Isfiansyah, Pontianak

Duka menyelimuti kediaman Hamnah di Jalan Imam Bonjol, Gang Tanjung Djambu, Pontianak Tenggara. Jumat itu, Almarhumah menghembuskan nafas terakhirnya di RSU Santo Antonius Pontianak pada pukul 17.30 lantaran mengalami  pembengkakan jantung dan saraf.

Kelahiran 11 November 1922 ini meninggalkan 11 orang anak, 3 perempuan dan 8 laki-laki, dengan 35 orang cucu, 46 cicit, 2 orang buyut. Usai pemakaman Hamnah di pemakaman keluarga, Gang Bansir Jalan Imam Bonjol Pontianak, Sabtu (14/11), anak nomor enam almarhumah, Ahmad Saleh SH, berkisah salah satu perjuangan yang paling berkesan dilakukan ayah-bundanya.

Hamnah, Saleh, dan veteran perang kemerdekaan lainnya, pernah memutus Jembatan Kuala Mempawah. Hamnah memang turut mengangkat senjata mendampingi suaminya.

“Hal tersebut dilakukan agar penjajah tidak sampai ke Pontianak. Berdasarkan cerita orangtua saya, saat itu kapal penjajah sudah berada di Paloh,” kata Ahmad.

Pasukan saat itu di bawah kepemimpinan dr. Soedarso. Setelah memutuskan jembatan di Mempawah, para pejuang berangkat ke Singkawang di bawah kesatuan yang di pimpin Ali Anyang.

“Ayah saya pernah ditahan oleh penjajah karena ikut menaikkan bendera Merah Putih di Rumah Sakit Gertak II di Sungai Jawi. Ayah ditahan 4 bulan oleh Jepang. Pada jaman Belanda juga pernah ditahan selama 1 tahun 4 bulan,” ujarnya.

Perjuangan mereka tidak hanya sampai di situ. Sampai di wilayah Sintang, upaya mengusir penjajah Jepang pun mereka lakukan. Sayang, perhatian pemerintah sekarang ini terhadap pejuang kemerdekaan memang sangat minim. Hanya saja, menurut Ahmad, orangtuanya tidak berharap perhatian pemerintah.

“Saat masih sehat, ibu saya pernah mengatakan bahwa dalam berjuang tidak mengenal pamrih pada negara. Yang penting kita sudah merdeka,” tuturnya.

Babinkamtibmas Basir Laut, Brigadir Permana, yang turut hadir dalam proses pemakaman pejuang 45 tersebut, mengungkap dukanya. “Ini pejuang,” ujarnya.

Tambah dia, “Semoga almarhumah mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT”.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.