Kelebihan Energi Disiasati dengan Membaca

Melihat Kehidupan Manusia di Lembaga Pemasyarakatan (1)

ISI WAKTU. Para Napi Lapas Banjarbaru, Banjarmasin, membaca usai salat Asar di beranda Musala Lapas. MN ALAM M-Radar Banjarmasin

eQuator.co.idHidup dibatasi dinding tinggi membuat para napi tak punya banyak pilihan untuk menghibur diri. Dari waktu ke waktu mereka melawan kebosanan. Berikut laporan wartawan Radar Banjarmasin MN ALAM M yang berkunjung ke Lapas Kelas III di Banjarbaru, Selasa (10/10).

Pintu besi setebal 5 milimeter itu terbuka. Sipir Lapas tanpa senyum menatap penuh selidik. Siang itu, matahari sudah mulai condong ke barat. Jam besuk napi sudah habis sejak pukul 12.00 WITA.

Begitu mengetahui tujuan Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group), raut wajahnya sedikit mengendur. Dia mempersilakan masuk. Pintu besi itu kemudian ditutup kembali.

“Itu pengecualian, biasanya semua orang diperiksa, termasuk sipir sekalipun,” ucap kepala lapas Banjarbaru, Akhmad Herriansyah, di ruangannya.

Bukan apa-apa. Lapas selalu rawan dengan penyelundupan. Banyak cara pembesuk untuk menyelundupkan barang-barang terlarang kepada para napi.

“Ada saja yang berusaha begitu,” gelak lelaki kelahiran Marabahan ini.

Dia mengatakan dengan sarana pendukung keamanan yang minim, tak ada mesin pendeteksi atau alat scanning tertentu, semua orang memang diharuskan untuk dicurigai. Kesan itu terlihat di seluruh sudut-sudut Lapas. Di setiap pintu pagar dan tembok  tulisan unik yang tak mudah dimengerti banyak ditemukan.

Ya, dengan rasio jumlah napi dan sipir yang jomplang, kewaspadaan memang selalu ditingkatkan. Di Lapas yang baru dihuni sejak 2015 silam ini, hanya ada 25 sipir yang dibagi dalam empat shift. Dalam setiap shift ada 6 orang sipir yang harus menjaga 7 pos dan 10 blok yang berpenghuni 580 napi penghuni Lapas.

Kerepotan? “Ya, pastilah,” ucap Herri yang mengatakan selama ini para sipir memang merangkap pengawas beberapa blok jaga sekaligus. Herri merujuk ke peristiwa 24 Juli 2017 silam. Saat itu, Lapas rusuh. Dua blok napi mengamuk, saling serang dan kemudian berhasil membobol Lapas. Sipir yang menjaga tak bisa apa-apa karena jumlah penjaga yang terbatas. Meski hampir semua napi yang kabur berhasil ditangkap kembali, tetapi memori tragedi itu masih terus membayang.

Karena itu pula untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, kepolisian dari Polres Banjarbaru, Polsek Cempaka dan Polsek Kota menggelar patroli di Lapas yang terletak di kawasan minus pinggiran Banjarbaru itu. Sehari, bisa enam kali datang ke wilayah Bangkal itu untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

Jumlah sipir yang sedikit membuat Lapas berusaha bersiasat mengalihkan energi napi yang rentan bosan terkurung. Caranya dengan menggelar banyak kegiatan-kegiatan yang positif. Salah satunya adalah membuka perpustakaan khusus penghuni Lapas. Perpustakaan ini kerjasama dengan Perpustakaan Banjarbaru dan Kalsel. Sekali seminggu, mobil perpustakaan keliling mengantarkan buku-buku untuk dibaca napi. Mereka bisa meminjam satu buku dan kemudian mengembalikan lagi untuk meminjam buku lainnya dalam waktu seminggu. Buku-buku yang dikembalikan ditaruh di perpustakaan dekat musala Lapas selagi menunggu mobil perpustakaan tiba.

“Mereka antusias, banyak juga yang suka membaca, mungkin karena cuma itu hiburannya,” gelak Herri. (*/Radar Banjarmasin/JPG)