Hapus Perpeloncoan, Guru Jadi Pemateri

Hari Pertama Sekolah, Peserta Didik Baru Dijejali MPLS

MPLS. Para siswa-siswi baru di SMK Negeri 4 Pontianak mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah, Senin (9/7). Suci Nurdini Setiowati-RK
MPLS. Para siswa-siswi baru di SMK Negeri 4 Pontianak mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah, Senin (9/7). Suci Nurdini Setiowati-RK

eQuator.co.idPontianak-RK. Kemarin Senin (9/7) merupakan hari pertama masuk sekolah. Setelah libur panjang kenaikan kelas dan Idul Fitri.

Sebelumnya dilaksanakan seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Agenda hari pertama sekolah kebanyakan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). MPLS sebagai pengganti MOS atau OSPEK.

Di SMK Negeri 4 Pontianak, misalnya. Sekolah yang berlokasi di Jalan Komyos Sudarso ini menyelenggarakan MPLS di hari pertama. Guna menghindari perpeloncoan, para guru mengambil alih peran pengisi materi di MPLS.

“MPLS ini sama dengan MOS zaman dahulu, hanya sekarang guru pengisi materinya. Gak lagi siswa, untuk mencegah perpeloncoan,” ujar Seksi Acara MPLS SMKN 4 Pontianak, Drs. Maizul.

Di MPLS, siswa diajak lebih mengetahui jurusan yang dipilihnya. Supaya misi siswa masuk ke sekolah tersebut lebih jelas. “Lebih paham tentang sekolah,” katanya.

Dijelaskan Maizul, berdasarkan Permendikbud Rl Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Pada Peserta Didik Baru ada 6 tujuan diadakannya MPLS. Pertama, pengenalan potensi diri peserta didik baru. Kedua, membantu beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Terutama pada aspek keamanan fasilitas umum dan sarana prasarana sekolah. Ketiga, menumbuhkan motivasi, semangat dan cara belajar efektif sebagai siswa baru.

Kemudian keempat, pengembangan interaksi positif antarsiswa dan warga sekolah. Kelima, penumbuhan prilaku positif, kejujuran, kemandirian, menghargai, menghormati persatuan. Dan keenam, kedisiplinan hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan integritas etos kerja serta gotong-royong.

Salah seorang pengisi materi yaitu H. Syafrani ST. Di salah satu ruang kelas guru yang mengajar di SMKN 4 Pontianak selama 30 tahun tersebut terlihat semangat memberikan materi sekaligus  memotivasi kepada peserta didik baru. Dia mengisahkan para alumni yang sekarang sudah sukses di dunia kerja dan berbagai prestasi sekolah tersebut.

“Setahun lalu juara lomba roket tingkat Asia Pasifik kita yang mewakili. Malahan yang ikut anak kelas 1 dan kelas 2. Kemudian Wakil Gubernur Kalbar sekolahnya di sini,” katanya dengan bersemangat.

Wakil Kepala SMKN 4 Pontianak ini berpesan kepada para peserta didik baru agar dapat berprestasi. “Orang pintar itu karena belajar. Ala bisa karena biasa,” lugas Syafrani.

SMKN 4 Pontianak terbagi 14 jurusan. Peserta didik baru di sekolah itu 639 orang. Salah satunya Nanda Priyanti.

Remaja putri 14 berasal dari SMP Negeri 5 Pontianak ini mengambil Jurusan Desain Permodelan dan Informasi Bangunan. Dia mengaku senang dan asyik mengikuti MPLS. Tidak ada diskriminatif di hari pertamanya sekolah.

“Tadi disampaikan tentang lingkungan sekolah, nama-nama guru, menjelaskan tentang kegiatan jurusan dan kedisiplinan.

Pematerinya dari guru-guru. Pematerinya lucu si banyak gurau jadi seru,” tuturnya.

Sebagai siswi, Nanda berharap dapat menyelesaikan pendidikan di sekolah tersebut demi mengejar cita-citanya. “Semoga sih tetap di sini bisa berjuang terus sampai selesai. Bisa masuk ke jurusan yang diinginkan, bisa jadi arsitek,” tutup Nanda.

Terpisah, pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi yang ditetapkan pemerintah mulai tingkat SD hingga SMA sederajat menimbulkan polemik. Selain menguntungkan, sistem ini juga merugikan. “Menguntungkannya bagi yang dekat bisa tertampung,” ujar Anggota DPRD Pontianak, Amelia TB, Senin (9/7).
Kendati begitu kata Politisi PDIP ini, sistem ini merugikan bagi  pelajar berprestasi yang ingin melanjutkan ke sekolah keinginannya, tapi di luar zonasi. “Namun sayang dia tidak bisa mendapatkan itu sekalipun nilainya tinggi,” tukasnya.
Sejauh ini, dia mengaku banyak mendapat laporan masyarakat mengenai pelaksanaan PPDB. Seluruhnya keluhan lantaran anaknya tidak tertampung di sekolah tujuan. Sebab pihak sekolah beralasan menggunakan sistem zonasi.
“Ini tentu mematahkan semangat anak. Jangan sampai nanti akhirnya anak tidak belajar sungguh-sungguh. Asal lulus saja, toh sekolah terdekat bisa menampung,” ulasnya.
Dijelaskan Amelia, misalnya saja di Kecamatan Pontianak utara. Banyak orangtua kecewa lantaran anaknya tidak bisa masuk ke sekolah tujuan. Padahal sekolah tersebut bagus dan sesuai dengan bakat anaknya.
“Banyak yang meraung-raung, menangis-nangis datang ke kita. Kita mau bantu tidak bisa juga. Solusinya kita belum tau sampai sekarang,” lugasnya.
Ironisnya, sekolah-sekolah di Pontianak Utara belum banyak yang memadai. Daya tampung tidak sebanding dengan jumlah siswa yang hendak mendaftar. “Di Pontianak Utara itu SMPN nya hanya 6 sekolah. Sedangkan SMA hanya 1, SMKN 3,” ujarnya.

Masalahnya kata dia, ketika ada anak yang hendak masuk ke perawatan. Di sana Pontianak Utara tidak ada jurusan tersebut. “Masak mereka harus masuk ke SMK yang notabene sangat bertolak belakang dengan yang mereka inginkan,” cetusnya.

Menurutnya, jika pemerintah ingin menerapkan sistem zonasi, maka pendukungnya harus benar-benar disiapkan. Selain perlu ada penambahan sekolah, sarana prasarana memadai.
“Harus dibangun SMAN lagi di utara, setara dengan SMAN lain baru zona ini benar-benar bisa diterapkan,” tegas Amalia.

Laporan: Suci Nurdini Setiowati, Gusnadi

Editor: Arman Hairiadi